Halim Perdanakusuma, Jakarta
Sirine pangkalan meraung-raung kencang tanpa berhenti. Enam helikopter Kamov-50 Blackshark sudah bersiap-siap untuk terbang didampingi dengan dengan selusin heli Mil Mi-17 yang juga sudah siap. Operasi penyerangan balik akan di ujung tombaki oleh batalion-batalion infantri dari Brigade Infantri ke-1 KODAM Jaya dan akan dibantu oleh heli-heli tersebut. Datang juga berita akan datangnya satu wing Tu-95 dari Palembang untuk melakukan carpet bombing sebagai last resort jika Tentara Malaysia masih tidak dapat di hentikan. Dari laut belasan korvet dari Armada Penyerang ke-1 akan segera tiba dalam beberapa jam.
“This is Halim tower to Curuk Attack Group, you’re clear for take-off!”
“Roger Halim, doakan kita semua!” Heli-heli Blackshark tersebut kemudian mulai beranjak dari darat dan mengudara ke atas kota Jakarta diikuti dengan heli Mil Mi-17 yang membawa beberapa pasukan dari Brigade Marinir. Dengan kekuatan serupa nasib para tentara Malaysia di Jakarta pun sudah di tentukan meskipun tidak diragukan lagi bahwa pertempuran besar akan terjadi.
“Kalian semua, lihat itu!” teriak sang sersan di salah satu Mil Mi-17. Ibukota Jakarta yang indah, gedung-gedung tinggi di Sudirman dan Thamrin dapat terlihat dengan jelas saat heli tersebut mulai mendekati pusat kota. Tak terbayangkan bagi mereka semua bahwa pada siang hari yang mulai berubah menjadi sore, mereka akan terbang dengan bebas melewati gedung-gedung tersebut. Di horizon kepulan asap mulai terlihat begitu heli-heli menambah ketinggian.
Hanya dalam beberapa menit kini mereka sudah berada di atas gedung-gedung di Sudirman. Gedung BNI berdiri tinggi menghadap ke langit beserta gedung lainnya. Pilot heli harus berhati-hati agar mereka tidak menabrak tiang antena atau bagian dari gedung-gedung yang ada. Pandangan kekhawatiran bercampur dengan kebanggaan tersirat betul di muka-muka para pekerja kantoran yang sedang terperangah melihat heli-heli tersebut beterbangan. Rasanya mereka hanya pernah melihat TNI dari televisi saja dan tidak pernah melihat para pejuang tersebut dengan mata telanjang.. Sekarang mereka pernah.
Heli-heli dari Halim kemudian bergabung dengan lusinan heli-heli lainnya dari sekeliling ibukota membuat sesuatu gugusan capung besi yang agung dan menggetarkan. Di langit pesawat pesawat tempur dari pangkalan yang berada di sekeliling Jabodetabek mulai terlihat beterbangan, dari Typhoon, F-16, F-5, Sukhoi bermacam tipe sampai dengan pesawat-pesawat tempur aneh dengan sayap terbalik dan berbadan hitam yang tak pernah terlihat sebelumnya, mereka melesat sambil menebarkan garis-garis putih di langit Jakarta seakan mengajak seluruh warga Jakarta untuk berjuang bersama mereka. Campuran teknologi Barat dengan Timur. Benar-benar pemandangan yang tidak akan pernah dilupakan dan akan diingat sepanjang masa. Kalau saja Panglima Besar Soedirman bisa melihat, beliau tentu kagum atas kehebatan angkatan perang Indonesia yang sekarang.
“Hormat kepada sang panglima besar Sudirman!” tegas sang sersan lagi ketika gugusan heli tersebut melewati patung Jenderal Sudirman yang berdiri dengan kokoh. Seluruh personel yang berada di pesawat mengangkat tangan dan memberikan hormat kepada sang panglima besar Indonesia. Mungkinkah dari surga sana ia bisa melihat juga pemandangan yang agung ini? Apakah ia akan ikut berperang membela negara seperti dahulu di tahun 1945?
Tak melupakan pasukan darat, berbarislah prajurit-prajurit dari beberapa batallion infantri yang berada di Jakarta didampingi dengan puluhan tank-tank berat Leopard dan T-90 dan kendaraan lapis baja lainnya dari Batalyon Kavaleri ke-7. Bukan hanya di Jalan Jenderal Sudirman, namun di jalan lain menuju Jakarta Utara. Dari gang hingga jalan tol yang luas. TNI berbaris maju ke medan tempur. Terlupakanlah keluarga dan harta, kini, tujuan mereka hanya satu yaitu mengusir tentara asing tersebut dari tanah pertiwi Indonesia. Tanah yang dahulunya terjatuh tanpa sengaja dari surga, Tanah Nusantara, Tanah milik seluruh rakyat Indonesia.
“Tentara Nasional Indonesia, siap membela nusa dan bangsa!” terdengar nyayian samar dari beberapa prajurit. Satu persatu, prajurit lainnya pun ikut menyanyi, “..Membangun persatuan dan kesatuan di darat laut dan udara!” semakin banyak yang bernyanyi, “Prajurit TNI...Patriot Nusantara!” suara tersebut menjadi semakin keras, seluruh penduduk Jakarta sepertinya besatu bernyanyi juga, yang hafal maupun tidak mereka bernyanyi mengikuti yang bisa. Derap maju prajurit menjadi semakin keras, senjata SS-2 dan SS-2Z teracung siap untuk menembak dan membabat musuh.
“Blaar...,” sebuah rocket RPG diluncurkan, meluluhlantahkan suasana heroik yang ada. Roket tersebut meluncur cepat lalu menubruk sebuah heli Mil Mi-17 yang terisi penuh oleh prajurit-prajurit TNI. Ledakan besar tak terelakan saat heli tersebut oleng kemudian jatuh menabrak gedung. Beberapa prajurit yang masih selamat kemudian berusaha berlari menjauh. Tembakan senapan mesin dari gedung yang berada di samping heli tersebut dengan cepat membabat mereka yang masih selamat. Dua roket diluncurkan lagi ke arah heli Kamov Blackshark yang sedang terbang. Ia dengan cepat bermanuver secara lihai dengan menyelonong di bawah jembatan yang menghubungkan dua gedung besar yang di kenal dengan ITC Mangga Dua dan Mangga Dua Mall. Sistem fire control Kamov yang canggih mengirim data-data tempat roket diluncurkan ke-empat heli Kamov yang lain secara serentak.
“Dor..dor..dor..,” serentetan tembakan dari meriam 30mm Kamov Blackshark lain langsung meruntuhkan bagian kanan gedung ITC Mangga Dua dimana beberapa Tentara Malaysia menembakan roketnya, “Blaar..,” ternyata ada RPG dari tempat lain. Kamov Blackshark berhasil menghindar dengan melakukan roll lalu menukik ke atas. Satu helikopter Mil Mi-24 Hind mendekati gedung Mall Mangga Dua dari belakang tanpa disadari oleh Tentara Malaysia yang sedang sibuk mengisi ulang RPG mereka.
“Traaaat..raat....raaaat,” Dua buah barel GSh-30-2, meriam otomatis berkaliber 30mm dari kedua sayap Hind memuntahkan ribuan timah panas dalam sekejap, menyapu bersih semua lantai Mall Mangga Dua sampai bersih tak tersisa. Kelihatannya akan ada beberapa pengusaha yang akan menangis karena ulah Hind barusan. Di darat, dua Mil Mi-17 mulai menurunkan prajurit-prajurit KOPASSUS yang berada di dalamnya. Mereka mulai menyusuri area dan gedung sekitarnya secara hati-hati di bawah pengawasan Hind dan Blackshark.
The Battle of Jakarta had just begun...
No comments:
Post a Comment