Pages

Thursday, June 18, 2009

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(6)

“Bodoh kamu, cepat kamu balik ke pos kamu!” Sudarsono menjitak kepala Soni dengan keras lalu kemudian beranjak lari ke anjungan. Meninggalkan Soni yang masih agak pusing sehabis terjitak. Asap sudah mulai mengepul dari samping kapal, terlihat korvet KRI Diponegoro berlayar ke kiri, mencoba mencari kapal selam tersebut.

“Ada apa?!” teriaknya begitu sampai ke anjungan.

“Kapal selam pak, kapal selam Malaysia!” balas salah satu opsir.

“Bagaimana kerusakan?”

“Torpedo mereka kelihatannya tidak berada dalam kondisi siap tempur pak, dari kerusakan yang ada terlihat bahwa mungkin hanya sepertiga dari hulu ledak yang benar-benar terdetonasi. Kebocoran dan kebakaran yang berada di sisi kiri kapal sudah berhasil di kontrol dan hanya ada beberapa pelaut yang terluka. Tetapi konsekuensinya pak, kecepatan kita mungkin akan berkurang juga.

“Sial, bagaimana ruang reaktor?”

“Alhamdullilah aman pak...”

Sudarsono menduduki kursi khusus kaptennya,“Bagus, saya ambil kendali, kapal full speed ahead!”

“Aye, aye, full speed ahead!” kata salah satu personil kapal.

“Luncurkan helikopter!”

“Dimengerti pak!”

“Hubungi ruang reaktor, coba usahakan sampai 115%!”

“115% pak, tapi menaikan reaktor ketingkat 100% saja sudah berbahaya dan tidak dianjurkan?”

“Ya saya yakin bisa, kita geber kapal Rusia ini supaya bisa bekerja, dari dulu kerjanya cuma bisa duduk mengaso doang di Laut Utara!”

“Baik,” opsir khusus teknis mengangguk, “Ruang reaktor, usahakan tenaga sampai 115%!”

“Kenapa kita belum membalas, kenapa tidak ada satu orang pun yang tahu kalau ada kapal selam yang mendekati kita, kita ini sedang berada dalam kondisi perang saudara-saudara!!!” teriak Sudarsono marah. Seharusnya bagian persenjataan bisa dengan independen langsung meluncurkan misil ASW yang sudah ada berjibun jumlahnya dari haluan sampai buritan berjejer di peluncurnya masing-masing. Belum lagi kapal ini sudah dilengkapi dengan sistem radar dan sonar yang canggih. Korvet lainnya pun ternyata kurang sigap dalam merespon penyerangan, hanya KRI Diponegoro yang berani mencari kapal selam tersebut. KRI Sultan Iskandar Muda hanya bisa diam saja tidak membantu sama sekali. Padahal mereka berdua merupakan korvet yang lumayan baru.

“Saya pergi ke ruang komando persenjataan, kemudi, kamu ambil alih Siguntung!” Sudarsono bergegas pergi dari tempat duduknya keluar dari anjungan, “Siguntung, kalo sih KRI Sultan masih nggak mau bergerak juga, kamu arahkan saja meriam 130mm kita tuh, ada dua, ke dia biar bisa bergerak sekalian, dia kira tugasnya hanya untuk berlindung di belakang kita apa..” pesan Sudarsono geram sebelum meninggalkan ruangan.

“Baik pak!”

No comments:

Post a Comment