Pages

Thursday, June 18, 2009

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(8)

Moscow, Rusia

Sebuah konvoi meluncur melintas jalan-jalan Moscow dengan kencang. Konvoi tersebut berjalan menuju Kremlin dan dengan mudahnya meluncur terus melewati beberapa pos penjaga yang sudah mengetahui siapa yang sebenarnya berada di dalam konvoi tersebut. Hanya beberapa meter sebelum pintu masuk konvoi tersebut berhenti. Puluhan polisi militer dan bodyguard dengan cekatan segera keluar dan mengamankan jalan untuk sang presiden beserta sang perdana menteri. Beberapa menteri lain pun juga ikut keluar dari mobil dan mendampingi sang presiden memasuki Kremlin.

“Dobroe utro, prezident!” sapa beberapa petugas dan ofisial pemerintah yang sudah menunggu di dalam gedung.

Rombongan presidensial kemudian menaiki beberapa lantai ke atas hingga akhirnya sampailah di ruang rapat. Hanya sang presiden, perdana menteri dan pejabat-pejabat militer tinggi saja yang masuk sisanya berdiri menunggu di luar. Situasi mengenai perang jauh di asia tenggara sana sudah sampai dengan sangat cepat ke meja di samping tempat tidur presiden yang kemudian langsung memutuskan untuk mengadakan rapat.

Menteri Pertahanan Sergei Girovsky memulai rapat dengan menjelaskan keadaan situasi perang terkini. Tertangkap di satelit beberapa foto-foto pergerakan militer kedua negara termasuk invasi Jakarta yang baru saja terjadi. Ia menegaskan bahwa kalau memang Rusia mau mengintervensi semua angkatan perang sudah siap, “Distrik Militer Timur Jauh sudah siap untuk mengirim sebanyak 50.000 infantri beserta satu batalion tank dan artillery berat, dua skuadron fighter yang berbasis di Vladivostok juga siap untuk terbang begitu perintah diberikan,” jelasnya.

“Inggris dan negara persemakmuran sudah mendeklarasikan kenetralannya namun kita masih belum yakin atas keputusan Amerika Serikat dan Uni Eropa,” tambah Menteri Luar Negri Vadim Rus.

“Bagaimana dengan posisi China?” tanya Perdana Menteri Vladimir Beria sambil membuka-buka map yang berisi informasi terkini di atas mejanya.

“Diplomat kami di Beijing masih berusaha mengadakan kontak dengan kantor menteri luar negri RRC namun sampai saat ini masih belum ada respon.”

“Mhmm..,” Presiden Rusia Kyril Gradinsky mengangguk lalu membetulkan dasinya, “Perlu anda semua ketahui saudara-saudara bahwa menurut saya China dan Amerika Serikat merupakan salah satu saingan kita, saya tidak ingin melihat para tentara China maupun Amerika Serikat bisa menggunakan pangkalan-pangkalan Indonesia yang sangat strategis itu. Apalagi dalam beberapa tahun ini relasi kita dengan Amerika Serikat sudah memburuk.“

“Jadi bapak menyarankan?”

“Kita tidak boleh terlihat lemah dimata Amerika Serikat dan China jadi saya memerintahkan agar Distrik Militer Timur Jauh lebih siap lagi, tambahkan jumlah pasukan hingga 100.000 infantri. Kalau perlu kita comot divisi dari distrik-distrik militer yang lain. Jangan lupa berikan peringatan ke Armada Pasifik untuk bersiap-siap, kesiagaan seluruh Tentara Rusia harus dinaikkan!”

“Srazu! Sesuai dengan yang bapak perintahkan!”

Rapat tersebut kemudian selesai, tepat menit berikutnya perintah-perintah kesiagaan sudah terbang dari Kremlin menuju keseluruh satuan-satuan Tentara Rusia yang tersebar dari Eropa hingga ke Asia. Di Vladivostok Armada Pasifik sudah mulai bersiap-siap memanaskan mesin untuk berlayar. Personel-personel yang cuti langsung dipanggil untuk bertugas. Seluruh gerak-gerik tersebut terlihat dengan jelas oleh satelit mata-mata Amerika Serikat KH-13 dari atas atmosfer bumi.

No comments:

Post a Comment