Pages

Thursday, June 18, 2009

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(10)

Jalan Gajah Mada, Jakarta

Lima T-90 menggelinding maju menyelusuri Jalan Gajah Mada yang sekarang sudah kosong melompong dengan hati-hati bersama prajurit-prajurit dari Batalyon Infantry 201. Mayat-mayat penduduk yang tewas karena tertembak dalam kontak senjata bergelimpangan dimana-mana, begitu juga mayat beberapa petugas polisi. Jakarta Utara sudah berubah menjadi sebuah kota tak bertuan, kota hantu. Semua ini tak diragukan lagi merupakan ulah dari Tentara Malaysia. Dari atap gedung Harco sudah bersiap-siap enam prajurit Malaysia dengan senapan mesin dan senapan serbu Steyrnya. Satu prajurit TNI berpangkat sersan yang sedang berjalan terbidik dengan jelas.

“Dar!” meleset, sersan tersebut langsung berguling ke belakang tank T-90 mencari perlindungan, “Di atas pak, di atas Harco!” teriak prajurit yang lain. Dalam sekejap dua pucuk SS-2 sudah beraksi memuntahkan serentetan peluru kearah atap Gedung Harco. Produk dalam negri tersebut ternyata ampuh juga, dua prajurit Malaysia serentak terlempar dari atas gedung dan jatuh ke aspal di bawah. Darah dengan deras muncrat dari kedua orang Malaysia yang sudah tidak bernyawa itu. Tidak ada waktu untuk belas kasihan. Prajurit Malaysia yang lain terus menembak, sang operator senapan mesin tampaknya cukup bodoh untuk menembakkan senjatanya ke lapis baja T-90.

“Gunner, fire!” dalam sekejap mata sudut gedung HArco tersebut sudah hilang terkena tembakan telak peluru ledak tinggi dari meriam 125mm T-90, “Clear left, clear right!” tank-tank lain beranjak maju. Perlawanan Tentara Malaysia masih terlihat lemah, tidak ada perlawanan yang berarti sampai perempatan Mangga Besar.

“Boom..blar..blar…dor….dor..dor!” Tentara Malaysia membarikade diri mereka sendiri di area sekitar Glodok. Dua buah barikade penuh dengan tentara Malaysia diposisikan tepat ditengah-tengah Jalan Hayam Wuruk. Mereka menembakan hampir selusin roket RPG dalam beberapa menit kearah tank-tank T-90. Mereka berusaha untuk menghancurkan tank-tank berat tersebut agar nantinya tidak dapat membantu infantri. Dua T-90 meledak lalu terbakar terkena roket tepat di bagian leher mercu. Tank-tank lain mundur, mencoba untuk menghindar dan berhasil. Gerak maju infantri tertahan. Saling baku tembak buta terjadi saat kedua pihak tidak mau bergerak di tempat perlindungan masing- masing. Kini saatnya bagi AURI untuk beraksi membantu pasukan Darat.

“Di sini kompi 2 dari batalyon Yonif 201, terdapat dua barikade musuh di Jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, penuh dengan RPG, tank-tank tidak bisa maju, minta bantuan udara!”

“Dimengerti, expect satu AC-130 Spectre, callsign Murai 01!”

AC-130 Spectre Murai 01

“Gunner, check weapons!” pilot Kapten Yuji memutarkan pesawatnya di atas Glodok di ketinggian 2.000 kaki. Pesawatnya baru saja berangkat dari Halim Perdanakusuma dan sekarang tugas baru yang menarik sudah menunggu di depan mata. Ia ingat anaknya di rumah suka bermain game perang-perangan berjudul Call of Duty 4. Sebentar lagi ia juga akan memasuki misi yang melibatkan AC-130 Spectre. Bedanya, kali ini ia sedang secara langsung berada di misi bukan di rumah dan di depan Xbox 360 anaknya.

“Lihat itu pak” copilot Letnan Deni Marwan mengarahkan telunjuk jarinya kearah gedung glodok di samping kanan bawah pesawat. Terlihat prajurit TNI sedang terlibat baku tembak seru dengan prajurit-prajurit Malaysia.

Yuji merendahkan ketinggian pesawatnya sekali lagi, “Baik gunner, you have permission to engage!”

Di belakang, Gunner pesawat Sersan Otto Theodorus dapat melihat bintik-bintik kecil berwarna hitam yang mewakilkan prajurit Malaysia, “Firing!” ia menekan pelatuk tembakan.

Jalan Gajah Mada

“Dreeet…ret.ret..ret.,” prajurit Malaysia yang bertahan di barikade pertama tersapu bersih tanpa tersisa, “Prajurit TNI, serbu!!” seru salah satu prajurit memimpin teman-teman seperjuangan. Walaupun ia bukan opsir, dialah yang pertama melompat dari posisi perlindungan lalu berlari dengan cekatan berusaha menyerang barikade ke dua dari arah kiri, tidak memperdulikan peluru yang berdesingan siap mencabut nyawa.

Melihat sang prajurit pemberani maju prajurit-prajurit lainnya segera mengikuti maju menyerang, “Allah Akbar!!” beberapa peluru menembus badan para prajurit TNI yang sedang maju, tiga prajurit terjatuh lemah tertembak, namun mereka semua tetap menyerang dengan semangat tanpa merasakan sakit. AC-130 Spectre terbang lagi diatas mereka dan kali ini memuntahkan peluru 105mm ke barikade kedua yang segera hancur lebur diikuti dengan tembakan gencar dari senapan mesin 7.62mm coaxial T-90. Jalan menuju tol pelabuhan sudah terbuka lebar bagi mereka dan kali ini tidak ada siapapun yang dapat menghentikan laju majunya TNI.

Setengah jam kemudian regu teknis dari Batalyon Zeni sudah mulai berdatangan, mereka dibantu oleh masyarakat setempat yang tinggal di daerah Glodok untuk membantu membersihkan puing-puing serta mayat-mayat. TNI kehilangan enam personel sedangkan telah diketemukan hampir tiga puluh badan prajurit Malaysia tertimpa puing-puing gedung dan rumah. Glodok, Pinangsia, dan Mangga Dua sudah bersih secara keseluruhan dari Tentara Malaysia. Kini tugas TNI hanyalah tinggal menyapu bersih Tentara Malaysia yang berada di pelabuhan Tandjung Priuk. Tidak ada jalan untuk kabur bagi mereka semua karena korvet-korvet dari Armada Penyerangan ke-1 sudah mulai berdatangan ke Teluk Jakarta siap membantu pasukan darat dengan lusinan meriam dan misil-misilnya.

No comments:

Post a Comment