Pages

Thursday, June 18, 2009

Perang Indonesia - Malaysia di dunia lain...(11)

Pentagon, Washington D.C

Sebuah helikopter Blackhawk berwarna hitam mendarat di halaman gedung bersegi lima tersebut. Satu regu keamanan bersenjata sudah siap menunggu, mereka di pimpin oleh Major Mark Cain dari US Special Operation Command atau USSOC. Rotor dari heli Blackhawk yang masih menyala menerpa dan menerbangan bayak dedaunan kearah satuan pengawal tersebut dan seperti robot mereka tetap berdiri dengan tegap. Major Mark Cain maju beberapa langkah untuk membantu seseorang lelaki berjas dari Blackhawk tersebut turun, “Jack Kissinger, saya datang langsung dari Langley!” kata lelaki tersebut, suaranya terdengar agak samar karena kencangnya suara mesin Blackhawk yang kemudian segera terbang begitu ia menginjak tanah.

“Major Mark Cain, please follow me!” balas Major Mark Cain. Mereka semua sekarang beranjak masuk menuju Pentagon. Beberapa anggota keamanan masih terlihat siaga menjaga. Sejak penyerangan 11 September prosedur keamanan Pentagon didongkrak secara drastic untuk mengantisipasi serangan dari darat sementara di langit, dua F-22 Raptor berputar-putar berpatroli diatas Pentagon menjaga kawasan udara Pentagon dan sekitarnya. Beberapa kompi Marinir juga terlihat menjaga perimeter-perimeter Pentagon.

“ID anda pak Kissinger,” tanya satu penjaga lobi Pentagon. Tubuhnya yang besar beserta pistol .45 yang berada di kantongnya dengan gampang dapat membuat siapapun takut. Kissinger mengambil kartu identifikasi dari dalam jas mahalnya lalu memperlihatkannya kepada penjaga tersebut. Penjaga tersebut mengangguk lalu memencet tombol pembuka pintu kedua. Pintu kedua yang merupakan pintu penghubung lobi dengan ‘isi’ Pentagon membuka. Jack lanjut berjalan dengan Mayor Mark mendampingi dari belakang.

Kesibukan di Pentagon sudah mulai terlihat, opsir-opsir mondar-mandir dari satu ruangan ke ruangan lain. Kamera-kamera pengawas berjejer mengawasi setiap gerak gerik manusia yang berada di Pentagon tanpa capai. Semuanya terekam ke server khusus yang aman berada beberapa meter dibawah gedung Pentagon, “Ke arah sini pak,” Mayor Mark mendahului lalu menunjukan sebuah lift yang berada tidak jauh dari mereka. Sesampainya di depan lift Mayor Mark mengesek kartu ID nya sendiri ke sebuah kotak elektronik yang berada di depan lift, “Acess Granted,” pintu lift tersebut terbuka. Kali ini hanya Mayor Mark dan Jack yang memasuki lift sementara personel keamanan lain menunggu.

Di dalam Mayor Mark memencet tombol berangka lima, “Bapak Kissinger, Jenderal Hall sudah menunggu anda di ruangan ‘rapat’ seperti biasa bersama dengan Menteri Pertahanan Bergstorm,” bisik Mark pelan. Jack hanya bisa berdiri menunggu lift tersebut sampai, ia mengeratkan pegangan terhadap tasnya. Informasi penting sudah menunggu dan Hall biasanya mau langsung melihat seperti anjing pemburu yang ingin mencabik-cabik mangsanya. Sifat Bergstrom menurut Kissinger sendiri masih bisa dibilang lumayan, seorang bapak tua yang idealis dan sangat loyal terhadap negaranya. Ia mau melakukan semua hal sesuai dengan yang diperintahkan oleh atasannya.

“Ting..tong,” pintu lift terbuka. Rasanya muak bagi Jack Kissinger untuk bertahan berlama-lama di lift. Ia segera beranjak keluar diikuti dengan Mayor Mark di belakang.

Hanya berjalan beberapa tapak dan sebuah pintu besar sudah menunggu untuk di buka. Kali ini pintu masuk ke ruang rapat dijaga oleh dua orang penjaga berbadan besar, “Tolong perlihatkan ID bapak,” kata penjaga di kanan. Untuk kedua kalinya Jack Kissinger meraih kartu identifikasi yang berada di jasnya lalu memperlihatkannya dengan sikap setengah ogah-ogahan. Penjaga di kiri menganguk lalu membukakan pintu untuknya. Di dalam dua orang penting Amerika Serikat sudah berada di posisinya masing-masing. Satu bermuka sangar, satunya lagi bermuka sabar. Ia tidak tahu kenapa sang presiden mau memilih seseorang yang agak psikopat seperti Hall.

“Ah, Jack,” sapa Menham Bergstorm sambil tersenyum ramah kemudian berdiri. Ia menyalami tangan Kissinger secara erat-erat. Sementara di kursi lain Hall hanya terus duduk tidak peduli, “Silahkan, silahkan duduk..” seorang sekretaris perempuan berseragam biru yang agak muda menarikkan kursi lalu membantu mengambil jas Jack Kissinger dan membawanya keluar. Jack hanya bisa tersenyum simpul ke gadis tersebut. Ruangan tersebut sekarang tertutup rapat. Jack baru saja ingin duduk ketika Hall langsung berbicara, “Bagaimana Jack, tunggu apalagi, langsung saja!” tegurnya dengan arogan.

“Baik Jenderal Hall, saya akan memulai,” Jack mengambil sebuah laptop Acer dari tas miliknya lalu menyambungkan kabel VGA proyektor ruangan ke slot grafis yang berada di belakang laptop tersebut. Ia kemudian mulai menyalakan laptopnya. Muncul logo Windows Vista di proyektor, di lanjutkan dengan sebuah tulisan “Welcome,” kini gambar desktop Jack muncul di proyektor. Lambang bulat The Bald Eagle sedang memegang sebuah perisai yang diatasnya terdapat gambar mata angin dengan enam belas sudut, di luarnya tertulis melingkar, “Central Intelligence Agency, United States of America,” Jack kemudian mengklik ikon Microsoft PowerPoint. Presentasinya sudah langsung ada.

“Ehem,” Jack menekan tombol F5, “Good Evening, Jenderal Hall beserta Menhan Bergstorm hari ini saya akan melakukan presentasi singkat mengenai situasi yang baru saja terjadi di dalam sudut pandang seorang analis CIA,” slide berikutnya muncul di proyektor. Terlihat beberapa gambar-gambar hitam putih serta berwarna, tidak diragukan lagi semuanya adalah foto-foto dari satelit pengintai CIA yang jeli, “Beberapa jam sejak deklarasi perang Indonesia terhadap Malaysia, sebuah video dikirimkan kepada menteri luar negeri dari kedutaan besar Malaysia yang berada di Washington D.C,” Jack memencet beberapa shortcut di keyboard lalu muncullah sebuah video.

“Silahkan anda nonton terlebih dahulu,” tambah Jack yang lansung mengklik tombol play.

Video tersebut terlihat seperti video yang diambil dari handicam murahan dan dari kapal karena gambar bergoyang-goyang. Mula-mula hanyalah langit kebiru-biruan yang ada lalu fokus kamera kemudian menajam, memperlihatkan sebuah pesawat Mig-29 sedang bermanuver, berusaha lepas dari pesawat yang sedang mengejarnya. Kamera kemudian berpindah, pesawat Eurofighter Typhoon dari AURI terlihat sedang mengejar. Dua duanya seperti sedang bermain kucing-kucingan sampai Typhoon Indonesia meluncurkan rudal air-to-air yang kemudian memaksa pilot Malaysia untuk bail-out. Pesawat Su-30 Malaysia langsung terbang tanpa terkendali dan terbakar kearah laut. Video selesai.

“Ini saudara-saudara, merupakan editan murahan yang dibuat oleh pemerintahan Malaysia,” cibir Jack Kissinger, “Memang secara kasat mata semuanya terlihat realistis, namun bila kita perbesar ukurannya dan memperlambat video ini sampai ratusan kali bisa langsung ketahuan bahwa rudah tersebut timingnya tidak pas sesuai dengan standar waktu peluncuran rudal AIM-120 Slammer di Typhoon. Selain itu kita semua tahu bahwa Su-30 yang dimiliki Malaysia mempunyai chaffs dan flares yang bisa di diluncurkan. Tapi mengapa sang pilot langsung bail-out begitu saja? Well…semua bukti yang saya katakan tadi menunjukan bahwa Pemerintah Malaysia hanya semata-mata ingin menjebak Indonesia.”

“Bastard!” sumpah Jenderal Hall dengan emosi yang dilebih-lebihkan. Menham Bergstrom hanya mengangguk santai, “Apakah ada hal lain yang ingin kau sampaikan Jack?” tanyanya.

“Ada pak, peningkatan aktivitas militer di Rusia,” Jack kembali memperlihatkan foto-foto di awal presentasinya, “Armada Pasifik, Baltik, Utara, beserta Armada Laut Hitam Rusia semuanya sudah mulai memanaskan mesin meskipun sampai sekarang belum satupun yang berlayar kecuali kapal selam diesel yang jumlahnya tidak seberapa dari Vladivostok,” satu-persatu foto tersebut diperbesar. Kapal induk Rusia yang paling baru Gorbachev dan Brusilov terlihat siap penuh dengan wing-wing tempurnya begitu juga kapal perang kelas Kirov yang jumlahnya ada belasan. Tirai kamuflase saling dibuka, memperlihatkan sosok kapal-kapal perang.

No comments:

Post a Comment