Pages

Tuesday, June 16, 2009

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(3)

Sebuah pesawat jet terbang melewati Tu-142 Mustopo, “Mig 29 Malaysia pak, mereka sepertinya tidak mau kalah unjuk gigi sama kita!” seru Yon sehabis mengamati pesawat jet tersebut. Pesawat Malaysia tersebut secara berani telah melakukan suatu provokasi dengan mengunci pesawat Tu-142 Mustopo dengan radar misilnya. Mustopo berubah menjadi makin geram namun ia harus tetap bersabar dan menerima kenyataan bahwa pesawatnya, yang besar dan lamban, sangat tidak mungkin dapat berduel dengan pesawat interceptor seperti Sukhoi Malaysia tersebut.

“Malaysian Mig you’re now entering Indonesian airspace, pull back immediately,” Letnan Yon masih tetap berusaha mengusir Mig Malaysia tersebut ketika lampu tanda bahaya misil berbunyi lagi. Pesawat Malaysia tersebut mulai mengunci pesawat Tu-142 Indonesia dengan radar misilnya. Ia sekarang berada tepat dibelakang pesawat Tu-142 Mustapo. Situasi sekarang berubah menjadi agak menegangkan, dari awalnya hanya operasi pengusiran dan patroli bisa saja berubah menjadi sesuatu hal yang lebih serius seperti awal mula peperangan.

“Perlukah kita menyuruh Bone pergi ke senapan belakang pak?” tanya Letnan Yon. Tu-142 pada saat itu memang dilengkapi dengan dua meriam 23mm untuk jaga-jaga. Dalam operasi kali ini meriam dibelakang dibiarkan kosong tidak seperti biasanya karena ada satu personel yang sakit dan tidak bisa ikut terbang. Mustopo hanya menggelengkan kepala, sementara itu keringat mulai menetes di pipinya. Haruskah ia mundur dan mengalah kepada Mig Malaysia yang sekarang sedang mengunci ekor pesawatnya dan berada dalam posisi siap menembak, atau...

Tanda bahaya misil yang sekarang sedang berbunyi tiba-tiba diam mati. Pesawat Sukhoi tersebut tampaknya sudah melepaskan kuncian-nya, namun mengapa begitu? “Lho, dia tiba-tiba pergi pak!” Letnan Yon dengan kebingungan mengamati pesawat Mig Malaysia yang sekarang terbang melewati pesawat mereka dengan tergesa-gesa.

“Apa?!”

“Beep...” radar di tempat Letnan Yani sang opsir persenjataan berbunyi lagi. Tampaknya kali ini ada dua pesawat tempur Malaysia yang berada di udara, “Contact...!”

Satu pesawat terbang melewati Tu-142 mereka, mengejar pesawat Mig Malaysia tersebut, “Ada satu pesawat Mal—“ Letnan Yon menahan nafas. Lambang...dan bentuk pesawat tersebut sudah tidak asing lagi, sayap delta dan sirip kecil di depan, ia adalah Eurofighter Typhoon, pesawat TNI AU terbaru yang langsung dipesan dari pabriknya di German bagian dari program expansi TNI besar-besaran di tahun 2005-2009. Syukurnya lagi, semua pembelian pesawat TNI AU dan alutsista lainnya memakai dana langsung tanpa adanya hutang sedikitpun. Semua ini berkat keputusan pemerintah untuk memaksimalkan produksi sumber daya alam Indonesia yang sebenarnya melimpah ruah. Korupsi? Itu adalah cerita lama bagi Bangsa Indonesia sekarang. Mungkinkah ada dunia lain dimana Bangsa Indonesia adalah bangsa yang lemah dan penuh dengan korupsi..?

“Tenang saja kawan, serahkan pada ahlinya, kalian sudah berusaha baik dengan kapal Malaysia tersebut!” kata pilot dari pesawat Typhoon tersebut berkata dengan semangat dan bangga melalui radio lalu dengan cepat ia langsung tancap gas, bermanuver mengejar Mig yang sekarang berusaha masuk lebih jauh ke teritorial Indonesia.

“Ayo maju bung!” balas Letnan Yon. Terlihat pesawat Typhoon Indonesia dengan gampang meng-outmanouvre pesawat Sukhoi Malaysia yang meskipun mampu melakukan manuver-manuver namun di piloti oleh pilot yang kurang pengalaman. Pesawat Sukhoi Malaysia berusaha untuk kabur dari cengkraman Typhoon namun gagal. Typhoon Indonesia merupakan pesawat yang jauh lebih canggih dan lincah terlebih sistem elektronikanya. Pesawat tersebut bila ia tidak salah ingat adalah salah satu pesawat dari skuadron fighter yang baru didirikan. Tampaknya Bone berhasil melakukan kontak dengan markas yang kemudian mengirim satu pesawat Typhoon tersebut untuk membantu.

“Malaysian Mig, you’re to pull back, pull back to your own airspace or else...,” kali ini pilot Typhoon yang berusaha mengusir Sukhoi Malaysia. Tetapi di luar dugaan, pilot Malaysia tersebut tiba-tiba melompat dari pesawatnya setelah menyalakan after-burner pesawatnya, membiarkan elang besi tersebut terbang tanpa kendali, pesawat tersebut dengan cepat jatuh ke laut dan meledak. Semua awak pesawat Tu-142 beserta Typhoon mendadak tercenggang. Pesawat yang baru jatuh tersebut adalah Mig-29, bukan pesawat murahan yang bisa dijatuhkan begitu saja.

“Astagfirullah apa sudah gila dia?!” Letnan Yon tidak dapat menutup rahangnya. Benar-benar tidak terpikir bahwa pilot Malaysia tersebut akan meng-eject dirinya sendiri dan membiarkan pesawatnya jatuh ke laut. Mustopo menggelengkan kepalanya. Ia juga tidak dapat mempercayai apa yang baru saja terjadi. Yang lebih parahnya lagi pesawat tersebut tepat jatuh dan meledak di laut teritorial Malaysia dan bukan Indonesia. Masalah ini akan menjadi besar tanpa diragukan lagi pikir Mustopo.

Sementara itu, jauh dari sana di atas kapal patroli Malaysia KD Rencong, dua awak kapal sedang sibuk merekam kejadian yang baru saja terjadi dengan sebuah handicam.. “Rencana berhasil,” kata salah satu dari mereka sambil tersenyum.

No comments:

Post a Comment