Pages

Tuesday, June 30, 2009

Selingkuh secara Emosional

KOMPAS.com — "Kuhidup dengan siapa. Ku tak tau kau siapa. Kau kekasihku, tapi Orang lain bagiku. Kau dengan dirimu saja. Kau dengan duniamu saja. Teruskanlah. Teruskanlah. Kau begitu" – Agnes Monica, lirik lagu "Teruskanlah".

Pernahkah Anda merasa seperti lagu Agnes Monica tersebut? Ketika Anda merasa bahwa suami secara fisik ada di sisi, namun pikirannya entah di mana. Anda mulai curiga, namun ia tetap mengelak bahwa ia berselingkuh dengan orang lain. Tak ada bukti. Namun, ia tetap terasa jauh dari Anda.

Umumnya, mereka yang berselingkuh secara emosional tak mau membagi aspek hidup mereka kepada pasangan hidupnya. Mereka tak mau membagi emosi mereka. Cenderung tak mau melewatkan waktu bersama pasangan hidupnya, dan sering menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman spesialnya. Jika mereka membicarakan tentang ‘persahabatannya’ bersama orang spesial, mata mereka seperti berbinar. Orang ketiga ini seperti sangat spesial, unik, dan mengerti dirinya.

Sikapnya berubah
Jika Anda memiliki kesempatan untuk bisa melihat bagaimana pasangan Anda bersama orang yang Anda curigai, biasanya mereka akan memiliki kontak fisik. Bukan dalam artian erotis, melainkan koneksi fisik yang tak kentara. Misal, mata lebih berbinar, pupil membesar, atau intonasi suara yang berfluktuasi.

Ada pula kemungkinan, ketika pasangan Anda mulai semakin dekat dengan orang ketiga, ia akan mulai membandingkan Anda dan orang itu. Sepertinya orang ketiga itu selalu benar, sementara Anda, pasangan hidupnya, selalu salah. Tak jarang malah pasangan Anda akan menyalahkan Anda atas apa yang terjadi. Ini bisa jadi karena pasangan Anda mencari kambing hitam, memberinya alasan untuk menjustifikasi perselingkuhan emosionalnya.

Karena perselingkuhan psikis semacam ini bisa mencetuskan sebuah kerusakan terhadap hubungan suami-istri, Anda akan makin melihat adanya penghindaran dari dirinya. Tak heran jika ia menghindar, mencari kegiatan lain, misalnya jadi menghabiskan banyak waktu di depan komputer, pulang telat, dan lainnya. Hal itu semata-mata agar mereka bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan orang yang ia senangi.

Mengapa?
Seseorang bisa mengalami perselingkuhan psikis atau emosional di usia berapa pun, bisa saja terjadi pada pasangan yang baru menikah, bahkan pasangan yang sudah sekian puluh tahun menikah. Komitmen adalah kuncinya. Memang ada yang namanya krisis paruh baya, yakni sebuah pencarian jati diri yang terjadi di usia paruh baya. Saat ini, seseorang sering mencari sesuatu yang lebih dalam hidup, yang bisa saja berarti mencari seseorang yang baru, namun bisa juga dengan mencari karier atau hobi baru. Adapun perselingkuhan emosional adalah ketika seseorang mencari orang baru agar ia bisa mencari pengalaman emosional yang sama sekali baru.

Perselingkuhan emosional vs seksual
Perselingkuhan fisik menyangkut orang yang berhubungan dengan pihak lain dalam lingkup erotik. Mereka bisa saja memiliki perasaan sayang terhadap satu dan yang lainnya, namun bukan itu yang mendorong mereka berhubungan. Perselingkuhan fisik lebih bersifat nyata, sementara perselingkuhan psikis cenderung tak kentara. Butuh lebih banyak waktu untuk mengumpulkan bukti-buktinya, dan lebih mudah untuk disangkal.

Ada tiga perbedaan utama dalam persahabatan dan perselingkuhan emosional. Persahabatan selalu terbatas dalam keberadaannya. Persahabatan tak selalu melindungi, sementara hubungan bersifat meliputi dan melindungi. Persahabatan biasanya tidak membuat sebuah pernikahan kehilangan energi. Justru persahabatan membantu pernikahan temannya berlangsung baik. Persahabatan tidak mengandung ancaman, sementara perselingkuhan emosional menguras tenaga. Persahabatan tidak akan menyebabkan perceraian.

Pernahkah Anda menonton serial House? Suatu ketika tokoh House, seorang dokter yang sulit dimengerti, cemburu dengan sahabatnya, Wilson, yang baru saja memiliki hubungan asmara dengan Amber. House membuat segala cara agar Wilson bisa menghabiskan waktu dengannya. Sedikit demi sedikit, House mencuri waktu Wilson dan Amber. Perselingkuhan emosional semacam ini tak jarang terjadi dengan orang yang berkelamin sama, meski mereka sebenarnya bukan berpacaran. Ketika ini terjadi, sebaiknya Anda bertanya kepada diri sendiri, apakah apa yang saya lakukan ini baik atau buruk dampaknya bagi pernikahan saya? Apalagi jika pasangan Anda sampai berkata, “Saya cemburu kamu menghabiskan waktu lebih banyak dengan mereka dibandingkan dengan saya.”

Seseorang yang sedang menjalani perselingkuhan emosional tak jarang tak mengetahui bahwa dirinya sedang melakukan hal tersebut. Tak ada yang bisa tahu, apakah perselingkuhan semacam ini terjadi dalam waktu cepat dan akan berakhir cepat atau sebaliknya. Tak jarang pula hubungan ini bisa berlangsung bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun.

Tanda-tanda berselingkuh secara emosional
Berikut adalah tanda-tanda jika Anda berselingkuh emosional; Anda akan lebih memilih makan siang/malam dengan orang yang bukan pasangan Anda. Kadang sahabat Anda (pria atau wanita) bisa membaca isi pikiran Anda. “Teman” Anda tersebut lebih bisa memenuhi kebutuhan emosional Anda ketimbang pasangan Anda. Rasanya hampa, sepi, dan merana ketika Anda tak bisa menghubungi “sahabat” Anda itu.

Thursday, June 18, 2009

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(13)

BBC World

Indonesian Declaration of War,  

Just few minutes ago the Indonesian foreign ministry had just 
announced Indonesian Declaration of War after the recent 
Ambalat Incident which involved Malaysian Royal Navy and 
Indonesian Air Force although the real event that sparked the war 
has not been revealed yet until now because of the still unclear situation which engulfed the both nation. 

It is also said by numbers of local media that there’s been an 
invasion ongoing in Indonesian capital city, Jakarta. It is not 
clear until now whether the news is true or false.  

Meanwhile back in United Kingdom, British Prime Minister Brown 
Malcombe was the first to announce to the parliaments that 
the commonwealth will remain neutral despite the recent event 
which involved one of the commonwealth members. He expected 
United States and European Union to do the same and stated that 
the war is not what the ‘west’ should meddle with unless 
Russia or China try to intervence also. “The war is theirs and 
not ours, we already spend to many young men to die in 
the endless war like that,”said the prime minister to the press 
after leaving the parliaments building. 

His decision to remain neutral was criticized heavily by 
the parliament right wing members who stated that United Kingdom 
cannot abandon one of their commonwealth member.  

Terjemahan:  
 
Beberapa menit yang lalu kantor kementrian luar negeri Indonesia baru saja mengumumkan deklarasi perang Indonesia 
sesudah terjadinya insiden di Ambalat yang melibatkan 
Tentara Laut Diraja Malaysia dengan Angkatan Udara Indonesia 
meskipun kejadian sebenarnya yang mengakibatkan perang masih 
belum bisa diketahui sampai sekarang karena situasi kurang jelas 
yang sekarang meliputi kedua negara tersebut. Juga dikatakan oleh 
beberapa media lokal Indonesia bahwa sekarang sedang terjadi 
invasi di ibukota Indonesia, Jakarta. Tidak jelas sampai sekarang 
apakah berita tersebut benar atau tidak.  

Sementara itu kembali ke Inggris, Perdana Menteri Inggris 
Brown Malcombe merupakan yang pertama untuk mengumumkan kepada 
parlemen bahwa negara persemakmuran akan tetap berada di dalam 
posisi netral setelah kejadian yang baru saja terjadi yang 
meskipun melibatkan salah satu dari negara persemakmuran. 
Dia mengharapkan Amerika Serikat beserta Uni Eropa untuk melakukan 
hal yang sama kecuali bila Rusia atau China ikut mengintervensi. 
“Perang tersebut merupakan perang mereka dan bukan kita, 
kita sudah menyia-nyiakan terlalu banyak pemuda-pemuda untuk mati 
di perang-perang yang tidak akan berakhir seperti itu,” kata sang 
perdana menteri kepada pers setelah meninggalkan gedung parlemen. 
Keputusannya untuk tetap berada di dalam posisi netral sangat 
dikritik oleh anggota-angota kiri parlemen yang mengatakan bahwa 
Inggris tidak boleh seharusnya meninggalkan salah satu anggota 
persemakmurannya. 

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(12)

Ancol, Jakarta

Beberapa orang nelayan sedang duduk-duduk sambil menikmati kopi masing-masing sehabis berlayar. Matahari bersinar dengan terik di angkasa. Meskipun begitu Ancol dengan dunia fantasinya dan pemandanganya masih merupakan salah satu pilihan bagi warga Jakarta untuk melakukan refreshing dan liburan. Operasi besar-besaran pada tahun 2008 berhasil secara drastis mengurangi jumlah sampah yang berada di pantai tersebut, mengakibatkan naiknya jumlah pengunjung. Terlihat beberapa kapal besar sedang mendekati Pelabuhan Tanjung Priok, kapal dagang seperti kapal-kapal tersebut akhir-akhir ini memang memenuhi alur keluar masuk pelabuhan. Mencerminkan ekonomi Indonesia yang tumbuh setiap harinya.

“Bagaimana hasil pencaharian bapak hari ini?” tanya salah seorang dari nelayan tersebut.

“Baik pak, akhir-akhir ini penghasilan rasanya semakin tumbuh, gak tau kenapa, kelihatannya dikarenakan oleh sampah-sampah yang sekarang makin berkurang Pak Joopit,”

“Kelihatannya pemerintah kita berhasil juga, saya salut sama mereka pak,” kata salah seorang lagi.

“Allah akbar, Allah akbar,” terdengar suara adzan dari arah masjid dekat Ancol. Waktu Dzuhur sudah tiba di Jakarta dan sekitarnya.

“Oh ya sudah, saya mau ke Masjid dulu ya pak,” pamit salah satu nelayan.
Nelayan lainnya pun mulai bubar, “Ya sudah, mari kita semua berangkat ke masjid.”

Joopit melihat enam buah kapal mendekati pantai, “Kapal apa ya itu, kenapa dia malah berlayar makin dekat kesini?”

“Wah, benar kapal apa ya?” tanya yang lain dengan kebingungan. Enam kapal motorboat kecil tersebut ternyata di keluarkan dari sebuah kapal kargo besar yang sekarang sedang mendekati Pelabuhan Tandjung Periok. Kapal tersebut anehnya tidak mengibarkan bendera apa-apa, tetap semua badan kapal dicat seperti kapal kargo biasa.

Kapal kecil yang terdepan berlayar makin mendekati pantai Ancol, tiba-tiba awak kapal tersebut menarik kain yang melindungi haluan depan kapal. Terlihat sebuah senapan mesin dengan dua laras yang siap menembak.

“Tiarap!!” teriak Joopit tepat begitu kapal motorboat kecil tersebut memulai menembak. Secerca darah terciprat ke mukanya, bersamaan dengan jatuhnya dua nelayan yang lain. Lima kapal lainnya pun berbuat hal yang sama dan mulai menyapu pantai Ancol dengan tembakan senapan mesin. Terlihat beberapa orang turis yang sedang berjemur di pohon langsung tertembak dan tewas. Situasi sudah berubah menjadi kacau. Dimana-mana orang berlari tanpa tujuan mencoba berlindung. Anak-anak sekolahan yang sedang berlibur dan sekarang sedang bermain di pantai juga bukan pengecualian. Guru mereka yang malang tertembak lalu terjatuh lemas di antara anak anak yang sedang panik tersebut. Darah tersirat kemana-mana. Pantai Ancol dalam sekejap berubah menjadi sesuatu tempat pembantaian.

Di bawah peluru yang beterbangan Joopit berusaha menolong beberapa nelayan dan para pengunjung Ancol yang lain untuk berlindung di belakang batang pohon kelapa yang terjatuh. Terlihat lagi enam kapal tersebut mulai menepi di tepi pantai. Beberapa tentara bersenjata berbaju loreng melompat keluar dari kapal tersebut. Mereka maju lalu memuntahkan peluru ke orang-orang yang sedang berlindung ketakutan. Orang-orang yang tidak berdaya tersebut semua mati terbunuh dengan kejam. Joopit tidak dapat menahan melihat pemandangan tersebut. Darah merah mengalir ke otaknya, ia tahu ia harus melakukan sesuatu.

Dari enam kapal kecil tersebut salah satunya menepi dekat di mana Joopit sekarang sedang berlindung. Kapal tersebut sekarang sedang berada dalam posisi kosong. Siapapun penyerangnya yang pastinya mereka bodoh tidak menjaga kapal mereka tersebut. Instingnya seperti menginstruksikan kakinya untuk bergerak dan berlari, “Joopit kamu mau kemana?!” salah satu nelayan mencoba untuk menghalau Joopit. Tapi ia tetap berlari tanpa melambat.

Dengan cekatan ia langsung melompat ke kapal tersebut, “Mati kamu semua!!”teriaknya sambil menekan platuk senapan mesin yang sekarang sedang berada di depannya. Gagal, ternyata tidak ada peluru yang siap untuk ditembakan. Joopit tidak rela bakal kehilangan momen heroiknya, kebetulan sebuah senapan otomatis berbaring tepat di bawah senapan mesin tersebut. Ia langsung meraih dan dengan cepat membidikannya ke arah salah satu tentara berbaju loreng tersebut, “Dor..dor..dor.,” tentara tersebut langsung jatuh lemas tak berdaya tepat ironisnya diatas orang-orang yang baru saja ia bunuh.

“Ctang...ctong.,” suara peluru berdentingan dengan besi alumunium kapal, beberapa tentara lain mencoba membalas menembak Joopit. Ia tidak peduli, lalu kembali mengarahkan senapannya ke arah tentara yang lain. Satu persatu tentara loreng tersebut jatuh tak berdaya. Di bawah tembakan peluru Joopit yang sempat tiarap terus merangkak mau, menembakan senapannya tanpa ampun ke arah tentara-tentara tersebut, “Cuma bisa bunuh orang kalian semua!” teriaknya, “Lawan saya kalau berani!”

Nelayan lain yang sedang menonton dari jauh terperangah, tidak mereka duga bahwa Joopit si sang penakut berani berbuat hal senekat itu. Salah satu dari mereka kemudian berdiri, “Ayo! Joopit aja bisa, ayo kita lawan!!” ia berseru semangat sambil berlari-lari ke arah beberapa tentara loreng tersebut yang sekarang sepertinya sudah shock, “Ayo untuk Indonesia, maju!!” beberapa orang pemuda yang masih selamat juga sekarang ikut berlari, mengambil senapan-senapan tentara tersebut yang terjatuh lalu mulai ikut menembak.

Pertempuran sengit tak terelakkan. Beberapa tentara loreng yang masih selamat masih mencoba bertahan. Mereka berhasil menembak beberapa pemuda-pemuda dan nelayan yang mencoba menyerang. Joopit melihat pohon kelapa di samping tempat perlindungan tentara tersebut. Batangnya lumayan besar, pastinya berat, “Semuanya tembak pohon kelapa itu!!” teriak Joopit, “Dor..dor.dor....dor.dor..dor!!” batang pohon kelapa tersebut mulai retak.

“Terus tembaaa—“ sebuah peluru mengenai bahu Joopit, ia langsung jatuh tetapi terus menembakan senapan otomatisnya sampai habis satu magasen, “Tembaak, jangan berhenti!” teriaknya lagi. Kini semua nelayan dan pemuda-pemuda menembak, tembakan mereka memang tidak akurat tapi sudah cukup ampuh untuk akhirnya menjatuhkan batang pohon kelapa tersebut. Tentara-tentara loreng tersebut sangat terkejut ketika melihat sebuah batang kelapa besar jatuh kearah mereka, tetapi sudah terlambat, “Gedebug!”

Enam tentara terkulai lemas tertimpa batang pohon kelapa, salah satu dari mereka masih mencoba meraih senjatanya namun langsung di habisi oleh beberapa pemuda dan nelayan lainnya yang sudah marah dan geram. Beberapa orang lain yang selamat juga ikut-ikutan menghajar tentara-tentara yang sudah tidak berdaya tersebut, “Kita menang Joopit!!” teriak mereka semua dengan gembira. Joopit sendiri masih merasakan sakitnya peluru yang sekarang sedang bersarang di dagingnya. Ia berusaha untuk mengangkat tangannya namun malah makin sakit, “Aduh...” ia mengerinyit kesakitan.

“Kamu tidak apa-apa Joopit? Gara-gara kamu kita bisa membantai semua tentara-tentara ngak jelas ini.”

“Sakit aduh Mamun, kamu ini jangan pegang-pegang bahu saya!” Joopit memukul tangan teman nelayannya dengan keras karena kesakitan.

“Aduh maaf—“

“Blaar, boom!!” Terdengar beberapa ledakan secara tiba-tiba dari arah pelabuhan dan kota Jakarta disertai dengan mengepulnya asap dari berbagai tempat, Joopit sadar tugasnya belum selesai. Tentara loreng tersebut tampaknya sekarang sudah memasuki kota Jakarta. Pertempuran Ancol ini... hanyalah sekedar pembuka saja. Pertempuran Jakarta baru saja akan dimulai...

Perang Indonesia - Malaysia di dunia lain...(11)

Pentagon, Washington D.C

Sebuah helikopter Blackhawk berwarna hitam mendarat di halaman gedung bersegi lima tersebut. Satu regu keamanan bersenjata sudah siap menunggu, mereka di pimpin oleh Major Mark Cain dari US Special Operation Command atau USSOC. Rotor dari heli Blackhawk yang masih menyala menerpa dan menerbangan bayak dedaunan kearah satuan pengawal tersebut dan seperti robot mereka tetap berdiri dengan tegap. Major Mark Cain maju beberapa langkah untuk membantu seseorang lelaki berjas dari Blackhawk tersebut turun, “Jack Kissinger, saya datang langsung dari Langley!” kata lelaki tersebut, suaranya terdengar agak samar karena kencangnya suara mesin Blackhawk yang kemudian segera terbang begitu ia menginjak tanah.

“Major Mark Cain, please follow me!” balas Major Mark Cain. Mereka semua sekarang beranjak masuk menuju Pentagon. Beberapa anggota keamanan masih terlihat siaga menjaga. Sejak penyerangan 11 September prosedur keamanan Pentagon didongkrak secara drastic untuk mengantisipasi serangan dari darat sementara di langit, dua F-22 Raptor berputar-putar berpatroli diatas Pentagon menjaga kawasan udara Pentagon dan sekitarnya. Beberapa kompi Marinir juga terlihat menjaga perimeter-perimeter Pentagon.

“ID anda pak Kissinger,” tanya satu penjaga lobi Pentagon. Tubuhnya yang besar beserta pistol .45 yang berada di kantongnya dengan gampang dapat membuat siapapun takut. Kissinger mengambil kartu identifikasi dari dalam jas mahalnya lalu memperlihatkannya kepada penjaga tersebut. Penjaga tersebut mengangguk lalu memencet tombol pembuka pintu kedua. Pintu kedua yang merupakan pintu penghubung lobi dengan ‘isi’ Pentagon membuka. Jack lanjut berjalan dengan Mayor Mark mendampingi dari belakang.

Kesibukan di Pentagon sudah mulai terlihat, opsir-opsir mondar-mandir dari satu ruangan ke ruangan lain. Kamera-kamera pengawas berjejer mengawasi setiap gerak gerik manusia yang berada di Pentagon tanpa capai. Semuanya terekam ke server khusus yang aman berada beberapa meter dibawah gedung Pentagon, “Ke arah sini pak,” Mayor Mark mendahului lalu menunjukan sebuah lift yang berada tidak jauh dari mereka. Sesampainya di depan lift Mayor Mark mengesek kartu ID nya sendiri ke sebuah kotak elektronik yang berada di depan lift, “Acess Granted,” pintu lift tersebut terbuka. Kali ini hanya Mayor Mark dan Jack yang memasuki lift sementara personel keamanan lain menunggu.

Di dalam Mayor Mark memencet tombol berangka lima, “Bapak Kissinger, Jenderal Hall sudah menunggu anda di ruangan ‘rapat’ seperti biasa bersama dengan Menteri Pertahanan Bergstorm,” bisik Mark pelan. Jack hanya bisa berdiri menunggu lift tersebut sampai, ia mengeratkan pegangan terhadap tasnya. Informasi penting sudah menunggu dan Hall biasanya mau langsung melihat seperti anjing pemburu yang ingin mencabik-cabik mangsanya. Sifat Bergstrom menurut Kissinger sendiri masih bisa dibilang lumayan, seorang bapak tua yang idealis dan sangat loyal terhadap negaranya. Ia mau melakukan semua hal sesuai dengan yang diperintahkan oleh atasannya.

“Ting..tong,” pintu lift terbuka. Rasanya muak bagi Jack Kissinger untuk bertahan berlama-lama di lift. Ia segera beranjak keluar diikuti dengan Mayor Mark di belakang.

Hanya berjalan beberapa tapak dan sebuah pintu besar sudah menunggu untuk di buka. Kali ini pintu masuk ke ruang rapat dijaga oleh dua orang penjaga berbadan besar, “Tolong perlihatkan ID bapak,” kata penjaga di kanan. Untuk kedua kalinya Jack Kissinger meraih kartu identifikasi yang berada di jasnya lalu memperlihatkannya dengan sikap setengah ogah-ogahan. Penjaga di kiri menganguk lalu membukakan pintu untuknya. Di dalam dua orang penting Amerika Serikat sudah berada di posisinya masing-masing. Satu bermuka sangar, satunya lagi bermuka sabar. Ia tidak tahu kenapa sang presiden mau memilih seseorang yang agak psikopat seperti Hall.

“Ah, Jack,” sapa Menham Bergstorm sambil tersenyum ramah kemudian berdiri. Ia menyalami tangan Kissinger secara erat-erat. Sementara di kursi lain Hall hanya terus duduk tidak peduli, “Silahkan, silahkan duduk..” seorang sekretaris perempuan berseragam biru yang agak muda menarikkan kursi lalu membantu mengambil jas Jack Kissinger dan membawanya keluar. Jack hanya bisa tersenyum simpul ke gadis tersebut. Ruangan tersebut sekarang tertutup rapat. Jack baru saja ingin duduk ketika Hall langsung berbicara, “Bagaimana Jack, tunggu apalagi, langsung saja!” tegurnya dengan arogan.

“Baik Jenderal Hall, saya akan memulai,” Jack mengambil sebuah laptop Acer dari tas miliknya lalu menyambungkan kabel VGA proyektor ruangan ke slot grafis yang berada di belakang laptop tersebut. Ia kemudian mulai menyalakan laptopnya. Muncul logo Windows Vista di proyektor, di lanjutkan dengan sebuah tulisan “Welcome,” kini gambar desktop Jack muncul di proyektor. Lambang bulat The Bald Eagle sedang memegang sebuah perisai yang diatasnya terdapat gambar mata angin dengan enam belas sudut, di luarnya tertulis melingkar, “Central Intelligence Agency, United States of America,” Jack kemudian mengklik ikon Microsoft PowerPoint. Presentasinya sudah langsung ada.

“Ehem,” Jack menekan tombol F5, “Good Evening, Jenderal Hall beserta Menhan Bergstorm hari ini saya akan melakukan presentasi singkat mengenai situasi yang baru saja terjadi di dalam sudut pandang seorang analis CIA,” slide berikutnya muncul di proyektor. Terlihat beberapa gambar-gambar hitam putih serta berwarna, tidak diragukan lagi semuanya adalah foto-foto dari satelit pengintai CIA yang jeli, “Beberapa jam sejak deklarasi perang Indonesia terhadap Malaysia, sebuah video dikirimkan kepada menteri luar negeri dari kedutaan besar Malaysia yang berada di Washington D.C,” Jack memencet beberapa shortcut di keyboard lalu muncullah sebuah video.

“Silahkan anda nonton terlebih dahulu,” tambah Jack yang lansung mengklik tombol play.

Video tersebut terlihat seperti video yang diambil dari handicam murahan dan dari kapal karena gambar bergoyang-goyang. Mula-mula hanyalah langit kebiru-biruan yang ada lalu fokus kamera kemudian menajam, memperlihatkan sebuah pesawat Mig-29 sedang bermanuver, berusaha lepas dari pesawat yang sedang mengejarnya. Kamera kemudian berpindah, pesawat Eurofighter Typhoon dari AURI terlihat sedang mengejar. Dua duanya seperti sedang bermain kucing-kucingan sampai Typhoon Indonesia meluncurkan rudal air-to-air yang kemudian memaksa pilot Malaysia untuk bail-out. Pesawat Su-30 Malaysia langsung terbang tanpa terkendali dan terbakar kearah laut. Video selesai.

“Ini saudara-saudara, merupakan editan murahan yang dibuat oleh pemerintahan Malaysia,” cibir Jack Kissinger, “Memang secara kasat mata semuanya terlihat realistis, namun bila kita perbesar ukurannya dan memperlambat video ini sampai ratusan kali bisa langsung ketahuan bahwa rudah tersebut timingnya tidak pas sesuai dengan standar waktu peluncuran rudal AIM-120 Slammer di Typhoon. Selain itu kita semua tahu bahwa Su-30 yang dimiliki Malaysia mempunyai chaffs dan flares yang bisa di diluncurkan. Tapi mengapa sang pilot langsung bail-out begitu saja? Well…semua bukti yang saya katakan tadi menunjukan bahwa Pemerintah Malaysia hanya semata-mata ingin menjebak Indonesia.”

“Bastard!” sumpah Jenderal Hall dengan emosi yang dilebih-lebihkan. Menham Bergstrom hanya mengangguk santai, “Apakah ada hal lain yang ingin kau sampaikan Jack?” tanyanya.

“Ada pak, peningkatan aktivitas militer di Rusia,” Jack kembali memperlihatkan foto-foto di awal presentasinya, “Armada Pasifik, Baltik, Utara, beserta Armada Laut Hitam Rusia semuanya sudah mulai memanaskan mesin meskipun sampai sekarang belum satupun yang berlayar kecuali kapal selam diesel yang jumlahnya tidak seberapa dari Vladivostok,” satu-persatu foto tersebut diperbesar. Kapal induk Rusia yang paling baru Gorbachev dan Brusilov terlihat siap penuh dengan wing-wing tempurnya begitu juga kapal perang kelas Kirov yang jumlahnya ada belasan. Tirai kamuflase saling dibuka, memperlihatkan sosok kapal-kapal perang.

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(10)

Jalan Gajah Mada, Jakarta

Lima T-90 menggelinding maju menyelusuri Jalan Gajah Mada yang sekarang sudah kosong melompong dengan hati-hati bersama prajurit-prajurit dari Batalyon Infantry 201. Mayat-mayat penduduk yang tewas karena tertembak dalam kontak senjata bergelimpangan dimana-mana, begitu juga mayat beberapa petugas polisi. Jakarta Utara sudah berubah menjadi sebuah kota tak bertuan, kota hantu. Semua ini tak diragukan lagi merupakan ulah dari Tentara Malaysia. Dari atap gedung Harco sudah bersiap-siap enam prajurit Malaysia dengan senapan mesin dan senapan serbu Steyrnya. Satu prajurit TNI berpangkat sersan yang sedang berjalan terbidik dengan jelas.

“Dar!” meleset, sersan tersebut langsung berguling ke belakang tank T-90 mencari perlindungan, “Di atas pak, di atas Harco!” teriak prajurit yang lain. Dalam sekejap dua pucuk SS-2 sudah beraksi memuntahkan serentetan peluru kearah atap Gedung Harco. Produk dalam negri tersebut ternyata ampuh juga, dua prajurit Malaysia serentak terlempar dari atas gedung dan jatuh ke aspal di bawah. Darah dengan deras muncrat dari kedua orang Malaysia yang sudah tidak bernyawa itu. Tidak ada waktu untuk belas kasihan. Prajurit Malaysia yang lain terus menembak, sang operator senapan mesin tampaknya cukup bodoh untuk menembakkan senjatanya ke lapis baja T-90.

“Gunner, fire!” dalam sekejap mata sudut gedung HArco tersebut sudah hilang terkena tembakan telak peluru ledak tinggi dari meriam 125mm T-90, “Clear left, clear right!” tank-tank lain beranjak maju. Perlawanan Tentara Malaysia masih terlihat lemah, tidak ada perlawanan yang berarti sampai perempatan Mangga Besar.

“Boom..blar..blar…dor….dor..dor!” Tentara Malaysia membarikade diri mereka sendiri di area sekitar Glodok. Dua buah barikade penuh dengan tentara Malaysia diposisikan tepat ditengah-tengah Jalan Hayam Wuruk. Mereka menembakan hampir selusin roket RPG dalam beberapa menit kearah tank-tank T-90. Mereka berusaha untuk menghancurkan tank-tank berat tersebut agar nantinya tidak dapat membantu infantri. Dua T-90 meledak lalu terbakar terkena roket tepat di bagian leher mercu. Tank-tank lain mundur, mencoba untuk menghindar dan berhasil. Gerak maju infantri tertahan. Saling baku tembak buta terjadi saat kedua pihak tidak mau bergerak di tempat perlindungan masing- masing. Kini saatnya bagi AURI untuk beraksi membantu pasukan Darat.

“Di sini kompi 2 dari batalyon Yonif 201, terdapat dua barikade musuh di Jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, penuh dengan RPG, tank-tank tidak bisa maju, minta bantuan udara!”

“Dimengerti, expect satu AC-130 Spectre, callsign Murai 01!”

AC-130 Spectre Murai 01

“Gunner, check weapons!” pilot Kapten Yuji memutarkan pesawatnya di atas Glodok di ketinggian 2.000 kaki. Pesawatnya baru saja berangkat dari Halim Perdanakusuma dan sekarang tugas baru yang menarik sudah menunggu di depan mata. Ia ingat anaknya di rumah suka bermain game perang-perangan berjudul Call of Duty 4. Sebentar lagi ia juga akan memasuki misi yang melibatkan AC-130 Spectre. Bedanya, kali ini ia sedang secara langsung berada di misi bukan di rumah dan di depan Xbox 360 anaknya.

“Lihat itu pak” copilot Letnan Deni Marwan mengarahkan telunjuk jarinya kearah gedung glodok di samping kanan bawah pesawat. Terlihat prajurit TNI sedang terlibat baku tembak seru dengan prajurit-prajurit Malaysia.

Yuji merendahkan ketinggian pesawatnya sekali lagi, “Baik gunner, you have permission to engage!”

Di belakang, Gunner pesawat Sersan Otto Theodorus dapat melihat bintik-bintik kecil berwarna hitam yang mewakilkan prajurit Malaysia, “Firing!” ia menekan pelatuk tembakan.

Jalan Gajah Mada

“Dreeet…ret.ret..ret.,” prajurit Malaysia yang bertahan di barikade pertama tersapu bersih tanpa tersisa, “Prajurit TNI, serbu!!” seru salah satu prajurit memimpin teman-teman seperjuangan. Walaupun ia bukan opsir, dialah yang pertama melompat dari posisi perlindungan lalu berlari dengan cekatan berusaha menyerang barikade ke dua dari arah kiri, tidak memperdulikan peluru yang berdesingan siap mencabut nyawa.

Melihat sang prajurit pemberani maju prajurit-prajurit lainnya segera mengikuti maju menyerang, “Allah Akbar!!” beberapa peluru menembus badan para prajurit TNI yang sedang maju, tiga prajurit terjatuh lemah tertembak, namun mereka semua tetap menyerang dengan semangat tanpa merasakan sakit. AC-130 Spectre terbang lagi diatas mereka dan kali ini memuntahkan peluru 105mm ke barikade kedua yang segera hancur lebur diikuti dengan tembakan gencar dari senapan mesin 7.62mm coaxial T-90. Jalan menuju tol pelabuhan sudah terbuka lebar bagi mereka dan kali ini tidak ada siapapun yang dapat menghentikan laju majunya TNI.

Setengah jam kemudian regu teknis dari Batalyon Zeni sudah mulai berdatangan, mereka dibantu oleh masyarakat setempat yang tinggal di daerah Glodok untuk membantu membersihkan puing-puing serta mayat-mayat. TNI kehilangan enam personel sedangkan telah diketemukan hampir tiga puluh badan prajurit Malaysia tertimpa puing-puing gedung dan rumah. Glodok, Pinangsia, dan Mangga Dua sudah bersih secara keseluruhan dari Tentara Malaysia. Kini tugas TNI hanyalah tinggal menyapu bersih Tentara Malaysia yang berada di pelabuhan Tandjung Priuk. Tidak ada jalan untuk kabur bagi mereka semua karena korvet-korvet dari Armada Penyerangan ke-1 sudah mulai berdatangan ke Teluk Jakarta siap membantu pasukan darat dengan lusinan meriam dan misil-misilnya.

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(9)

Halim Perdanakusuma, Jakarta

Sirine pangkalan meraung-raung kencang tanpa berhenti. Enam helikopter Kamov-50 Blackshark sudah bersiap-siap untuk terbang didampingi dengan dengan selusin heli Mil Mi-17 yang juga sudah siap. Operasi penyerangan balik akan di ujung tombaki oleh batalion-batalion infantri dari Brigade Infantri ke-1 KODAM Jaya dan akan dibantu oleh heli-heli tersebut. Datang juga berita akan datangnya satu wing Tu-95 dari Palembang untuk melakukan carpet bombing sebagai last resort jika Tentara Malaysia masih tidak dapat di hentikan. Dari laut belasan korvet dari Armada Penyerang ke-1 akan segera tiba dalam beberapa jam.

“This is Halim tower to Curuk Attack Group, you’re clear for take-off!”

“Roger Halim, doakan kita semua!” Heli-heli Blackshark tersebut kemudian mulai beranjak dari darat dan mengudara ke atas kota Jakarta diikuti dengan heli Mil Mi-17 yang membawa beberapa pasukan dari Brigade Marinir. Dengan kekuatan serupa nasib para tentara Malaysia di Jakarta pun sudah di tentukan meskipun tidak diragukan lagi bahwa pertempuran besar akan terjadi.

“Kalian semua, lihat itu!” teriak sang sersan di salah satu Mil Mi-17. Ibukota Jakarta yang indah, gedung-gedung tinggi di Sudirman dan Thamrin dapat terlihat dengan jelas saat heli tersebut mulai mendekati pusat kota. Tak terbayangkan bagi mereka semua bahwa pada siang hari yang mulai berubah menjadi sore, mereka akan terbang dengan bebas melewati gedung-gedung tersebut. Di horizon kepulan asap mulai terlihat begitu heli-heli menambah ketinggian.

Hanya dalam beberapa menit kini mereka sudah berada di atas gedung-gedung di Sudirman. Gedung BNI berdiri tinggi menghadap ke langit beserta gedung lainnya. Pilot heli harus berhati-hati agar mereka tidak menabrak tiang antena atau bagian dari gedung-gedung yang ada. Pandangan kekhawatiran bercampur dengan kebanggaan tersirat betul di muka-muka para pekerja kantoran yang sedang terperangah melihat heli-heli tersebut beterbangan. Rasanya mereka hanya pernah melihat TNI dari televisi saja dan tidak pernah melihat para pejuang tersebut dengan mata telanjang.. Sekarang mereka pernah.

Heli-heli dari Halim kemudian bergabung dengan lusinan heli-heli lainnya dari sekeliling ibukota membuat sesuatu gugusan capung besi yang agung dan menggetarkan. Di langit pesawat pesawat tempur dari pangkalan yang berada di sekeliling Jabodetabek mulai terlihat beterbangan, dari Typhoon, F-16, F-5, Sukhoi bermacam tipe sampai dengan pesawat-pesawat tempur aneh dengan sayap terbalik dan berbadan hitam yang tak pernah terlihat sebelumnya, mereka melesat sambil menebarkan garis-garis putih di langit Jakarta seakan mengajak seluruh warga Jakarta untuk berjuang bersama mereka. Campuran teknologi Barat dengan Timur. Benar-benar pemandangan yang tidak akan pernah dilupakan dan akan diingat sepanjang masa. Kalau saja Panglima Besar Soedirman bisa melihat, beliau tentu kagum atas kehebatan angkatan perang Indonesia yang sekarang.

“Hormat kepada sang panglima besar Sudirman!” tegas sang sersan lagi ketika gugusan heli tersebut melewati patung Jenderal Sudirman yang berdiri dengan kokoh. Seluruh personel yang berada di pesawat mengangkat tangan dan memberikan hormat kepada sang panglima besar Indonesia. Mungkinkah dari surga sana ia bisa melihat juga pemandangan yang agung ini? Apakah ia akan ikut berperang membela negara seperti dahulu di tahun 1945?

Tak melupakan pasukan darat, berbarislah prajurit-prajurit dari beberapa batallion infantri yang berada di Jakarta didampingi dengan puluhan tank-tank berat Leopard dan T-90 dan kendaraan lapis baja lainnya dari Batalyon Kavaleri ke-7. Bukan hanya di Jalan Jenderal Sudirman, namun di jalan lain menuju Jakarta Utara. Dari gang hingga jalan tol yang luas. TNI berbaris maju ke medan tempur. Terlupakanlah keluarga dan harta, kini, tujuan mereka hanya satu yaitu mengusir tentara asing tersebut dari tanah pertiwi Indonesia. Tanah yang dahulunya terjatuh tanpa sengaja dari surga, Tanah Nusantara, Tanah milik seluruh rakyat Indonesia.

“Tentara Nasional Indonesia, siap membela nusa dan bangsa!” terdengar nyayian samar dari beberapa prajurit. Satu persatu, prajurit lainnya pun ikut menyanyi, “..Membangun persatuan dan kesatuan di darat laut dan udara!” semakin banyak yang bernyanyi, “Prajurit TNI...Patriot Nusantara!” suara tersebut menjadi semakin keras, seluruh penduduk Jakarta sepertinya besatu bernyanyi juga, yang hafal maupun tidak mereka bernyanyi mengikuti yang bisa. Derap maju prajurit menjadi semakin keras, senjata SS-2 dan SS-2Z teracung siap untuk menembak dan membabat musuh.

“Blaar...,” sebuah rocket RPG diluncurkan, meluluhlantahkan suasana heroik yang ada. Roket tersebut meluncur cepat lalu menubruk sebuah heli Mil Mi-17 yang terisi penuh oleh prajurit-prajurit TNI. Ledakan besar tak terelakan saat heli tersebut oleng kemudian jatuh menabrak gedung. Beberapa prajurit yang masih selamat kemudian berusaha berlari menjauh. Tembakan senapan mesin dari gedung yang berada di samping heli tersebut dengan cepat membabat mereka yang masih selamat. Dua roket diluncurkan lagi ke arah heli Kamov Blackshark yang sedang terbang. Ia dengan cepat bermanuver secara lihai dengan menyelonong di bawah jembatan yang menghubungkan dua gedung besar yang di kenal dengan ITC Mangga Dua dan Mangga Dua Mall. Sistem fire control Kamov yang canggih mengirim data-data tempat roket diluncurkan ke-empat heli Kamov yang lain secara serentak.

“Dor..dor..dor..,” serentetan tembakan dari meriam 30mm Kamov Blackshark lain langsung meruntuhkan bagian kanan gedung ITC Mangga Dua dimana beberapa Tentara Malaysia menembakan roketnya, “Blaar..,” ternyata ada RPG dari tempat lain. Kamov Blackshark berhasil menghindar dengan melakukan roll lalu menukik ke atas. Satu helikopter Mil Mi-24 Hind mendekati gedung Mall Mangga Dua dari belakang tanpa disadari oleh Tentara Malaysia yang sedang sibuk mengisi ulang RPG mereka.

“Traaaat..raat....raaaat,” Dua buah barel GSh-30-2, meriam otomatis berkaliber 30mm dari kedua sayap Hind memuntahkan ribuan timah panas dalam sekejap, menyapu bersih semua lantai Mall Mangga Dua sampai bersih tak tersisa. Kelihatannya akan ada beberapa pengusaha yang akan menangis karena ulah Hind barusan. Di darat, dua Mil Mi-17 mulai menurunkan prajurit-prajurit KOPASSUS yang berada di dalamnya. Mereka mulai menyusuri area dan gedung sekitarnya secara hati-hati di bawah pengawasan Hind dan Blackshark.

The Battle of Jakarta had just begun...

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(8)

Moscow, Rusia

Sebuah konvoi meluncur melintas jalan-jalan Moscow dengan kencang. Konvoi tersebut berjalan menuju Kremlin dan dengan mudahnya meluncur terus melewati beberapa pos penjaga yang sudah mengetahui siapa yang sebenarnya berada di dalam konvoi tersebut. Hanya beberapa meter sebelum pintu masuk konvoi tersebut berhenti. Puluhan polisi militer dan bodyguard dengan cekatan segera keluar dan mengamankan jalan untuk sang presiden beserta sang perdana menteri. Beberapa menteri lain pun juga ikut keluar dari mobil dan mendampingi sang presiden memasuki Kremlin.

“Dobroe utro, prezident!” sapa beberapa petugas dan ofisial pemerintah yang sudah menunggu di dalam gedung.

Rombongan presidensial kemudian menaiki beberapa lantai ke atas hingga akhirnya sampailah di ruang rapat. Hanya sang presiden, perdana menteri dan pejabat-pejabat militer tinggi saja yang masuk sisanya berdiri menunggu di luar. Situasi mengenai perang jauh di asia tenggara sana sudah sampai dengan sangat cepat ke meja di samping tempat tidur presiden yang kemudian langsung memutuskan untuk mengadakan rapat.

Menteri Pertahanan Sergei Girovsky memulai rapat dengan menjelaskan keadaan situasi perang terkini. Tertangkap di satelit beberapa foto-foto pergerakan militer kedua negara termasuk invasi Jakarta yang baru saja terjadi. Ia menegaskan bahwa kalau memang Rusia mau mengintervensi semua angkatan perang sudah siap, “Distrik Militer Timur Jauh sudah siap untuk mengirim sebanyak 50.000 infantri beserta satu batalion tank dan artillery berat, dua skuadron fighter yang berbasis di Vladivostok juga siap untuk terbang begitu perintah diberikan,” jelasnya.

“Inggris dan negara persemakmuran sudah mendeklarasikan kenetralannya namun kita masih belum yakin atas keputusan Amerika Serikat dan Uni Eropa,” tambah Menteri Luar Negri Vadim Rus.

“Bagaimana dengan posisi China?” tanya Perdana Menteri Vladimir Beria sambil membuka-buka map yang berisi informasi terkini di atas mejanya.

“Diplomat kami di Beijing masih berusaha mengadakan kontak dengan kantor menteri luar negri RRC namun sampai saat ini masih belum ada respon.”

“Mhmm..,” Presiden Rusia Kyril Gradinsky mengangguk lalu membetulkan dasinya, “Perlu anda semua ketahui saudara-saudara bahwa menurut saya China dan Amerika Serikat merupakan salah satu saingan kita, saya tidak ingin melihat para tentara China maupun Amerika Serikat bisa menggunakan pangkalan-pangkalan Indonesia yang sangat strategis itu. Apalagi dalam beberapa tahun ini relasi kita dengan Amerika Serikat sudah memburuk.“

“Jadi bapak menyarankan?”

“Kita tidak boleh terlihat lemah dimata Amerika Serikat dan China jadi saya memerintahkan agar Distrik Militer Timur Jauh lebih siap lagi, tambahkan jumlah pasukan hingga 100.000 infantri. Kalau perlu kita comot divisi dari distrik-distrik militer yang lain. Jangan lupa berikan peringatan ke Armada Pasifik untuk bersiap-siap, kesiagaan seluruh Tentara Rusia harus dinaikkan!”

“Srazu! Sesuai dengan yang bapak perintahkan!”

Rapat tersebut kemudian selesai, tepat menit berikutnya perintah-perintah kesiagaan sudah terbang dari Kremlin menuju keseluruh satuan-satuan Tentara Rusia yang tersebar dari Eropa hingga ke Asia. Di Vladivostok Armada Pasifik sudah mulai bersiap-siap memanaskan mesin untuk berlayar. Personel-personel yang cuti langsung dipanggil untuk bertugas. Seluruh gerak-gerik tersebut terlihat dengan jelas oleh satelit mata-mata Amerika Serikat KH-13 dari atas atmosfer bumi.

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(7)

KRI Ir. Sukarno, lepas Pontianak, Kalimantan 
 
Baru hampir dua hari, Armada Penyerangan ke-1 baru saja 
berangkat dari Semarang dengan tujuan Selat Malaka untuk 
memulai operasi blokade dan pengamanan selat dari 
Tentara Laut Diraja Malaysia ketika berita mengenai invasi 
Jakarta sampai ke telinga Laksamana Putra Fajar, komandan 
armada. Ia langsung berang dan memerintahkan seluruh armada 
untuk putar haluan balik ke arah Jakarta. Hampir semua korvet-korvet cepat yang ada di dalam armada diperintahkan untuk 
berlayar terlebih dahulu meninggalkan armada tanpa adanya 
pengawalan yang memadai. Padahal kapal KRI Ir. Sukarno yang 
merupakan kapal bendera Armada Penyerangan ke-1 juga tidak 
kalah penting.  

Secepat apapun korvet- korvet tersebut berlayar tetap saja akan memakan waktu beberapa 
jam sampai mereka semua sampai ke perairan Jakarta sementara 
Tentara Malaysia sudah berada beberapa kilometer dari Istana 
Merdeka. Kalau begini Bendera Malaysia bisa saja berkibar di 
Istana Merdeka atau lebih parahnya lagi sang presiden RI, 
orang nomor satu di Indonesia bisa tertangkap. Belum lagi 
disana ada beberapa gedung penting yang tidak boleh sampai 
terinjak oleh tentara Malaysia tersebut. 
 
“Bodoh, kenapa mereka bisa sampai menyusup seperti ini!!” 
bentak sang laksamana di anjungan. Sudah hampir sepuluh kali 
dia mengulang kata- kata yang sama kepada para awak kapal 
di anjungan, “Ini namanya konyol, konyol sekali...,” lanjutnya 
sambil bolak-balik. Opsir opsir lain hanya bisa berdiri diam bisu. 
Banyak dari mereka yang mempunyai keluarga yang tinggal 
di Jakarta dan sekarang sepertinya keamanan mereka terancam.  
 
“Bagaimana dengan Su-27 kita, sudah balik belum dari latihan?” 
tanya Putra Fajar dengan nada masih marah, ia kembali duduk 
sambil mengangkat kedua kakinya ke atas dasbor.  
 
“Sepertinya mereka sedang mengalami gangguan cuaca di rute balik 
mereka pak..” jawab opsir khusus penerbangan. Hampir semua wing
pesawat memang sengaja diterbangkan untuk melakukan latihan 
terakhir sebelum nantinya akan diterjunkan langsung ke Selat 
Malaka. Tapi sayangnya mereka semua terjebak turbulensi berat 
di atas Pulau Lingga.  
 
“Bodoh sekali, semua wing fighter dan bomber yang ada di kapal 
kita pergi semua!” ia membanting topinya keras ke lantai, 
“Sukhoi 33 kita, Sukhoi 27 kita yang mestinya sekarang bisa kita  pakai untuk menghancurkan kapal-kapal Malaysia tersebut...” 
ia berhenti sebentar lalu berdiri, “pergi semua ternyata!!” 
teriaknya lagi, ia menderapkan kakinya ke lantai dengan keras. 
Semua awak terbelalak.  
 
Beberapa menit kemudian Laksamana Putra Fajar memutuskan untuk 
berjalan-jalan mendinginkan kepala di atas landasan penerbangan 
dek kapal yang kosong. 
Ia memandang mercu kapal yang sekarang silau terkena pantulan 
matahari. Bendera Merah dan Putih berkibar dengan ringan diterpa 
angin laut yang cukup kencang, posisinya berdampingan dengan 
tiang-tiang radio dan radar. 
Sama sekali tidak terpikir olehnya bagaimana akhirnya 
Indonesia bisa mendapatkan satu kapal induk. Laksamana Kutnetsov, 
ialah nama kapal induk tersebut selama masih beroperasi di Rusia.  
 
Sebuah Tupolev-124 melintas terbang di udara, pesawat tersebut 
seperti biasa akan melakukan patroli rutin keseluruh perbatasan 
Indonesia. 
Ya.. Tupolev...Tupolev-124, Putra Fajar berhenti. Ia baru sadar 
bahwa di Palembang ada beberapa Tu-95 yang merupakan versi 
bomber daripada Tu-124 yang khusus didesain untuk patroli maritim. 
Mereka semestinya sudah siap untuk terbang begitu diminta,
”Betul!” Ia bergegas untuk segera kembali ke mercu kapal.  
 
“Tetapi..,” Putra Fajar kembali berhenti sebentar. Memerintahkan 
Tu-95 untuk mengebom pelabuhan Tandjung Priuk atau 
seluruh Jakarta Utara sampai habis bukanlah suatu hal yang dapat 
diterima dengan gampang oleh semuanya. Ia harus mengambil 
keputusan yang sulit. 
Mengebom atau menunggu sampai semua wing kapal kembali, pada 
saat itu tentunya Istana Merdeka mungkin sudah jatuh ketangan 
Malaysia. 
“Tidak..tidak..,”dalam peperangan mesti ada sesuatu hal yang harus 
dikorbankan. 
Putra Fajar mengepalkan kedua tangannya. Dan kali ini yang harus 
dikorbankan adalah.. Ia bergegas kembali ke bagian kendali kapal 
yang berada di lantai teratas mercu kapal induk tersebut. 

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(6)

“Bodoh kamu, cepat kamu balik ke pos kamu!” Sudarsono menjitak kepala Soni dengan keras lalu kemudian beranjak lari ke anjungan. Meninggalkan Soni yang masih agak pusing sehabis terjitak. Asap sudah mulai mengepul dari samping kapal, terlihat korvet KRI Diponegoro berlayar ke kiri, mencoba mencari kapal selam tersebut.

“Ada apa?!” teriaknya begitu sampai ke anjungan.

“Kapal selam pak, kapal selam Malaysia!” balas salah satu opsir.

“Bagaimana kerusakan?”

“Torpedo mereka kelihatannya tidak berada dalam kondisi siap tempur pak, dari kerusakan yang ada terlihat bahwa mungkin hanya sepertiga dari hulu ledak yang benar-benar terdetonasi. Kebocoran dan kebakaran yang berada di sisi kiri kapal sudah berhasil di kontrol dan hanya ada beberapa pelaut yang terluka. Tetapi konsekuensinya pak, kecepatan kita mungkin akan berkurang juga.

“Sial, bagaimana ruang reaktor?”

“Alhamdullilah aman pak...”

Sudarsono menduduki kursi khusus kaptennya,“Bagus, saya ambil kendali, kapal full speed ahead!”

“Aye, aye, full speed ahead!” kata salah satu personil kapal.

“Luncurkan helikopter!”

“Dimengerti pak!”

“Hubungi ruang reaktor, coba usahakan sampai 115%!”

“115% pak, tapi menaikan reaktor ketingkat 100% saja sudah berbahaya dan tidak dianjurkan?”

“Ya saya yakin bisa, kita geber kapal Rusia ini supaya bisa bekerja, dari dulu kerjanya cuma bisa duduk mengaso doang di Laut Utara!”

“Baik,” opsir khusus teknis mengangguk, “Ruang reaktor, usahakan tenaga sampai 115%!”

“Kenapa kita belum membalas, kenapa tidak ada satu orang pun yang tahu kalau ada kapal selam yang mendekati kita, kita ini sedang berada dalam kondisi perang saudara-saudara!!!” teriak Sudarsono marah. Seharusnya bagian persenjataan bisa dengan independen langsung meluncurkan misil ASW yang sudah ada berjibun jumlahnya dari haluan sampai buritan berjejer di peluncurnya masing-masing. Belum lagi kapal ini sudah dilengkapi dengan sistem radar dan sonar yang canggih. Korvet lainnya pun ternyata kurang sigap dalam merespon penyerangan, hanya KRI Diponegoro yang berani mencari kapal selam tersebut. KRI Sultan Iskandar Muda hanya bisa diam saja tidak membantu sama sekali. Padahal mereka berdua merupakan korvet yang lumayan baru.

“Saya pergi ke ruang komando persenjataan, kemudi, kamu ambil alih Siguntung!” Sudarsono bergegas pergi dari tempat duduknya keluar dari anjungan, “Siguntung, kalo sih KRI Sultan masih nggak mau bergerak juga, kamu arahkan saja meriam 130mm kita tuh, ada dua, ke dia biar bisa bergerak sekalian, dia kira tugasnya hanya untuk berlindung di belakang kita apa..” pesan Sudarsono geram sebelum meninggalkan ruangan.

“Baik pak!”

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(5)

KRI Muhammad Hatta
“Ya pak, saya mengerti, kita akan berlayar ke sana secepatnya,” Kapten Sudarsono memutus hubungan radio selepas menerima perintah langsung dari Markas Besar TNI AL. Ia ditugaskan untuk berlayar secepatnya ke utara bersama dua kapal pengawalnya yaitu korvet KRI Diponegoro dan KRI Sultan Iskandar Muda. Dua duanya merupakan korvet yang lumayan baru bila dibandingkan dengan kapal-kapal TNI AL lain yang rencananya akan segera di museumkan. Namun situasi yang baru berkembang dalam beberapa jam yang lalu mungkin bisa merubah rencanya tersebut.

Sudarsono kemudian bergegas keluar dari ruangan radio ke anjungan kapal. Dari jendela melihat seorang pelaut sedang berdiri di luar. Sudarsono berjalan keluar, tidak apa-apa lah hanya sebentar ngobrol dengan awak kapal sendiri, pikirnya ia menanggalkan niatnya untuk kembali ke anjungan lalu mendekati pelaut tersebut, “Apa yang kamu lakukan disini?”

Pelaut tersebut menekok kebelakang lalu terkejut, kapten kapal sekarang sudah berada tepat di belakang bahunya, “Ah ngak pak, saya hanya mau melihat-lihat pemandangan...,” katanya memelas.

“Kamu tidak bertugas?”

“Eng..saya lagi istirahat kapten,” matilah aku, pikirnya. Sang kapten tidak mungkin memaafkan seorang pelaut yang kabur dari tugasnya membersihkan dek kapal.

“Oh begitu, nama kamu siapa nak?”

Ternyata diluar dugaanya, Sudarsono tidak langsung menghukum dia, melainkan menanyakan namanya, “Soni kapten..”

“Soni, saya numpang lihat-lihat kalau begitu.”

“Ba..baik kapten,” Soni mulai terbata-bata. Ia sama sekali tidak menduga hal yang baru saja terjadi. Tentu saja kapten boleh berbuat sesukanya.

Keheningan melanda selama beberapa saat, hanya suara ombak yang menepis kapal terdengar, Soni memberanikan dirinya sendiri untuk memulai percakapan, “Lautnya lumayan tenang yah hari ini kapten,” katanya.

“Betul son, padahal pada saat musim hujan seperti ini sangat jarang laut ini bisa tenang seperti saat ini.”

“Mungkinkah ini adalah sebuah pertanda?”

“Son, son,” Sudarsono menepuk bahu pelaut tersebut pelan sambil tertawa, “Dunia sudah modern kamu masih mikirin yang enggak-enggak,” lanjutnya meyindir.

“Saya berpikir sepertinya di balik ketenangan ini akan muncul sesuatu hal yang dashyat pak.”

“Hah, jangan menghayal son!”

“Maaf pak, tapi perasaan yang saya rasakan seperi sekarang ini biasanya selalu betul..”

“Sudah son, mari kita bicarakan hal lain,” Sudarsono mengibaskan telapak tangannya lalu memandang haluan kapal dengan tatapan bangga, “Kamu lihat kapal ini son..”

“Iya pak..”

“Kapal ini bukanlah kapal biasa seperti yang kita punya dahulu, kapal kita ini adalah salah satu kapal tempur terbesar di dunia setelah perang dunia ke-II. Lebih pentingnya lagi, kapal ini di dorong oleh tenaga nuklir.”

“Tapi pak dulu khan kita punya KRI Irian yang besarnya kira-kira hampir sama seperti kapal ini.”

“Son, kapal itu sekarang tidak lebih dari besi tua, sayang memang, tapi apa boleh buat,” Sudarsono memandang ke angkasa, langit kebiru-biruan, burung-burung terbang dengan bebas, “Kamu tahu son, dahulu sebelum serah terima kapal ini dinamakan apa?”

“Eh...,” Mulut Soni tertutup diam, tidak bisa menjawab.

“Laksamana Nakhimov.”

“Hah Laksamana Khimov?” jawab Soni agak lugu. Ia memang mengalami sedikit masalah dalam mengejakan kata-kata yang banyak dipenuhi oleh huruf ‘V’.

“Nakhimov!” seru kaptennya agak emosi, “Kamu ini bagai mana sih son, masa jadi pelaut tapi kapal sendiri tidak tahu asal usulnya...?”

“Ya saya khan cuma pembersih biasa pak..,” kata Soni merendah,
tampaknya Sudarsono masih belum sadar juga bahwa sekarang ia sedang berbicara dengan pembersih kapal biasa bukan ahli sejarah.

“Aduh, ya sudah saya jelaskan deh...”Sudarsono menghela nafas dengan panjang.

“Dia adalah Laksamana Rusia yang lumayan terkenal, dulu sekali sekitar tahun 1800an—“

“Belanda masih ada dong pak?” potong Soni ingin tahu.

“Ya iyalah, aduh kamu dengerin dulu cerita saya...” tegur Sudarsono cemberut. Ia kemudian kembali menatap langit dan melanjutkan, “Dulu sekitar tahun 1850an, terjadilah perang antara negara Inggris, Perancis, serta Turki melawan Rusia. Namanya perang Crimea atau orang sini biasa menyebutnya Krimea atau Krim saja karena bangsa kita cinta dengan singkatan.”

“Terus pak lanjut...”tatap Soni penasaran.

“Waktu itulah Laksamana Nakhimov—“

Sekejap dek kapal bergoyang kencang seperti terkena sesuatu bersamaan dengan suara ledakan yang memekakkan telinga, disusul oleh sirine kapal yang berbunyi meraung-raung, “Kapal Selam!!”

“Hah mana kapal selamnya?!” seru Soni panik sambil mengambil dan mengibas-ngibaskan sapu ijukya.

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(4)

Di suatu tempat dekat Madiun

“Baterai howitzer pertama, tembak!” teriak satu opsir TNI AD mengkomandani awak meriamnya yang sekarang sedang berdiri dengan rapih tepat di belakang meriamnya masing-masing dengan posisi siap. Barisan meriam tersebut melintang hampir sepanjang 500m, beberapa baterai meriam lainnya juga sudah siap untuk menembak.

Kemudian selusin meriam howitzer tersebut serentak menembak, memuntahkan peluru peledak tinggi ke arah langit diikuti dengan howitzer lainnya. Beberapa kilometer ke depan peluru meriam tersebut mulai berjatuhan dari langit bagaikan hujan, ledakan saling susul menyusul, pohon-pohon berjatuhan, tanah dan pasir terhembus ke atas. Bombardemen artillery berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan. Meriam-meriam howitzer 122mm dan 155mm memang merupakan meriam yang cukup ampuh untuk membuka jalan yang nantinya akan dilewati oleh infantri atau panzer darat.

“Baterai roket, tembak!!” perintah opsir tersebut selagi ia mengawasi operasi penembakan meriam. Serentak beberapa detik kemudian lima belas truk peluncur roket BM-21 Grad memuntahkan muatan roket-roketnya tanpa ampun. Total 36 roket per-truk dihabiskan hanya dengan waktu beberapa belas detik. Area yang dibombardemen kini sudah terlihat hancur dan porak-poranda, pohon-pohon berjatuhan, rumah-rumah kayu hancur lebur, meskipun begitu meriam-meriam howitzer TNI AD tetap menembak, memperparah kerusakan yang sudah ada.

Opsir tersebut kini melihat jam tangannya, sudah waktunya bagi grup penyerang untuk beraksi.

Benar, tanpa diberikan aba-aba, maju lah infantri TNI AD yang berjumlah ratusan. Mereka didampingi oleh panser-panser BMP-3 dan tank-tank T-90 yang saling sahut menyahut menembak. Satu tank T-90 terlihat menghancurkan gundukan-gundukan yang menghalangi gerak maju infantri, tank-tank lainnya terus beranjak maju, menghancurkan dan menggilas kawat-kawat berduri yang ada pada saat itu. Sementara tank beraksi prajurit infantri maju secara terkoordinasi, memangkas prajurit-prajurit musuh yang berlindung dan menembak dari parit-parit dengan bantuan meriam gerak.

Dari arah hutan tiba-tiba muncul tank musuh siap menembak, mereka adalah beberapa tank Scorpion dan PT-76 TNI AD yang sudah agak uzur sekarang dijadikan latihan menembak dan dioperasikan dari jauh oleh remote control untuk mensimulasikan pertahanan lapis baja musuh. Prajurit khusus anti-tank dengan cekatan langsung mengoperasikan peluncur roket anti-tank Javelin guna menghancurkan tank-tank musuh yang mencoba menghalangi. Tank PT-76 yang pertama dengan cepat dihancurkan oleh tembakan telak dari meriam 125mm T-90 langsung ke mercu komandonya, memberikan pemandangan spektakuler sekaligus salam sampai jumpa untuk tank-tank tersebut yang sudah mengabdi lama pada TNI. Tank-tank Scorpion yang lebih lincah dihancurkan oleh tembakan-tembakan dari peluncur roket Javelin. Roket khusus dari Javelin meluncur tinggi ke udara sebelum sensor pencari panas roket mulai bekerja dan mengarahkan roket anti-tank tersebut tepat di atas mercu tank-tank Scorpion. Ledakan yang spektakuler kembali tak terhindarkan.

Setelah berhasil menguasai parit-parit pertahanan infantri TNI AD harus berjuang menaiki bukit kecil di ujung akhir tempat simulasi. Bukit tersebut sengaja di pasangi dan di tebarkan dengan ranjau-ranjau maupun bunker-bunker beton yang ditanam di dalam bukit tersebut. Butuh hampir setengah tahun bagi TNI untuk mendapatkan izin dari otoritas setempat karena sifat tempat latihan ini yang berbahaya dan merusak, belum lagi seperti biasa harus berurusan dengan grup-grup penyayang lingkungan yang selalu merongrong setiap saat.

Gencarnya tembakan senapan mesin membuat prajurit TNI mengalami sedikit kesulitan dalam menguasai bukit kecil tersebut namun setelah sempat tertahan sesaat di simulasikan datangnya support dari laut. Dengan koordinasi yang erat antara prajurit infantri TNI dan kapal-kapal TNI AL, satuan-satuan penyerang akhirnya sukses dalam melumpuhkan bunker satu persatu, melewati kawat berduri jengkal demi jengkal sampai akhirnya sampailah dua grup terakhir ke puncak bukit. Bendera hitam yang berarti musuh diturunkan lalu diganti dengan Bendera Merah Putih oleh pembawa pandu yang juga mesti dilindungi dari awal sampai akhir. Pluit tanda berakhirnya simulasi pun dibunyikan oleh sang komandan divisi Mayor Jenderal Rifanza Imam yang sudah mengawasi jalannya simulasi pertempuran dari sebuah menara pengawas.

“Alhamdulillah bagus, bagus sekali,” katanya sambil bertepuk tangan dan menggeleng-gelengkan kepalanya yang sudah mulai botak, “Saya sama sekali tidak percaya bahwa akhirnya semua bisa berjalan dengan baik dan lancar.”

“Ya pak setelah beberapa hari simulasi seperti ini saya rasa kita siap bila memang sudah waktunya,“ salah satu ajudan yang ikut mengawasi dan menemani sang jenderal berbicara. Anggota staf lainnya pun ikut mengganguk setuju.

“Berikutnya simulasi apalagi yang akan dijalankan dikemudian hari?” Rifanza bertanya sambil melihat dari teropongnya para prajurit TNI sedang merayakan naiknya Bendera Merah Putih di bukit tersebut. Ia ikut tersenyum. “Dan sebentar lagi bukit tersebut akan menjadi...,”

“Jadwal simulasi untuk besok adalah—“

Tiba-tiba satu opsir penjaga masuk ke dalam ruangan dengan tergesa-gesa, ia sempat menubruk staf lain secara keras lalu langsung berlari ke arah Jenderal Rifanza, “Bapak harus melihat ini, ini baru saja datang dari Jakarta,” kata opsir tersebut. Ia memberikan Jenderal Rifanza satu amplop bewarna coklat sambil berusaha bernafas dan menyeka keringatnya. Rifanza langsung merobek amplop tersebut lalu mengambil dan membaca isi surat secara cepat. Ia langsung tercenggang, amplop beserta surat yang berada di dalamnya terjatuh ke lantai, “Astagfirullah, ini benar?”

“Betul pak, ini baru datang dari Jakarta seperti saya bilang tadi,” angguk opsir penjaga yang baru datang.

“Apa yang terjadi pak?” tanya salah satu anggota staf.

“Kita berada dalam situasi de facto perang dengan Malaysia...”

Tuesday, June 16, 2009

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(3)

Sebuah pesawat jet terbang melewati Tu-142 Mustopo, “Mig 29 Malaysia pak, mereka sepertinya tidak mau kalah unjuk gigi sama kita!” seru Yon sehabis mengamati pesawat jet tersebut. Pesawat Malaysia tersebut secara berani telah melakukan suatu provokasi dengan mengunci pesawat Tu-142 Mustopo dengan radar misilnya. Mustopo berubah menjadi makin geram namun ia harus tetap bersabar dan menerima kenyataan bahwa pesawatnya, yang besar dan lamban, sangat tidak mungkin dapat berduel dengan pesawat interceptor seperti Sukhoi Malaysia tersebut.

“Malaysian Mig you’re now entering Indonesian airspace, pull back immediately,” Letnan Yon masih tetap berusaha mengusir Mig Malaysia tersebut ketika lampu tanda bahaya misil berbunyi lagi. Pesawat Malaysia tersebut mulai mengunci pesawat Tu-142 Indonesia dengan radar misilnya. Ia sekarang berada tepat dibelakang pesawat Tu-142 Mustapo. Situasi sekarang berubah menjadi agak menegangkan, dari awalnya hanya operasi pengusiran dan patroli bisa saja berubah menjadi sesuatu hal yang lebih serius seperti awal mula peperangan.

“Perlukah kita menyuruh Bone pergi ke senapan belakang pak?” tanya Letnan Yon. Tu-142 pada saat itu memang dilengkapi dengan dua meriam 23mm untuk jaga-jaga. Dalam operasi kali ini meriam dibelakang dibiarkan kosong tidak seperti biasanya karena ada satu personel yang sakit dan tidak bisa ikut terbang. Mustopo hanya menggelengkan kepala, sementara itu keringat mulai menetes di pipinya. Haruskah ia mundur dan mengalah kepada Mig Malaysia yang sekarang sedang mengunci ekor pesawatnya dan berada dalam posisi siap menembak, atau...

Tanda bahaya misil yang sekarang sedang berbunyi tiba-tiba diam mati. Pesawat Sukhoi tersebut tampaknya sudah melepaskan kuncian-nya, namun mengapa begitu? “Lho, dia tiba-tiba pergi pak!” Letnan Yon dengan kebingungan mengamati pesawat Mig Malaysia yang sekarang terbang melewati pesawat mereka dengan tergesa-gesa.

“Apa?!”

“Beep...” radar di tempat Letnan Yani sang opsir persenjataan berbunyi lagi. Tampaknya kali ini ada dua pesawat tempur Malaysia yang berada di udara, “Contact...!”

Satu pesawat terbang melewati Tu-142 mereka, mengejar pesawat Mig Malaysia tersebut, “Ada satu pesawat Mal—“ Letnan Yon menahan nafas. Lambang...dan bentuk pesawat tersebut sudah tidak asing lagi, sayap delta dan sirip kecil di depan, ia adalah Eurofighter Typhoon, pesawat TNI AU terbaru yang langsung dipesan dari pabriknya di German bagian dari program expansi TNI besar-besaran di tahun 2005-2009. Syukurnya lagi, semua pembelian pesawat TNI AU dan alutsista lainnya memakai dana langsung tanpa adanya hutang sedikitpun. Semua ini berkat keputusan pemerintah untuk memaksimalkan produksi sumber daya alam Indonesia yang sebenarnya melimpah ruah. Korupsi? Itu adalah cerita lama bagi Bangsa Indonesia sekarang. Mungkinkah ada dunia lain dimana Bangsa Indonesia adalah bangsa yang lemah dan penuh dengan korupsi..?

“Tenang saja kawan, serahkan pada ahlinya, kalian sudah berusaha baik dengan kapal Malaysia tersebut!” kata pilot dari pesawat Typhoon tersebut berkata dengan semangat dan bangga melalui radio lalu dengan cepat ia langsung tancap gas, bermanuver mengejar Mig yang sekarang berusaha masuk lebih jauh ke teritorial Indonesia.

“Ayo maju bung!” balas Letnan Yon. Terlihat pesawat Typhoon Indonesia dengan gampang meng-outmanouvre pesawat Sukhoi Malaysia yang meskipun mampu melakukan manuver-manuver namun di piloti oleh pilot yang kurang pengalaman. Pesawat Sukhoi Malaysia berusaha untuk kabur dari cengkraman Typhoon namun gagal. Typhoon Indonesia merupakan pesawat yang jauh lebih canggih dan lincah terlebih sistem elektronikanya. Pesawat tersebut bila ia tidak salah ingat adalah salah satu pesawat dari skuadron fighter yang baru didirikan. Tampaknya Bone berhasil melakukan kontak dengan markas yang kemudian mengirim satu pesawat Typhoon tersebut untuk membantu.

“Malaysian Mig, you’re to pull back, pull back to your own airspace or else...,” kali ini pilot Typhoon yang berusaha mengusir Sukhoi Malaysia. Tetapi di luar dugaan, pilot Malaysia tersebut tiba-tiba melompat dari pesawatnya setelah menyalakan after-burner pesawatnya, membiarkan elang besi tersebut terbang tanpa kendali, pesawat tersebut dengan cepat jatuh ke laut dan meledak. Semua awak pesawat Tu-142 beserta Typhoon mendadak tercenggang. Pesawat yang baru jatuh tersebut adalah Mig-29, bukan pesawat murahan yang bisa dijatuhkan begitu saja.

“Astagfirullah apa sudah gila dia?!” Letnan Yon tidak dapat menutup rahangnya. Benar-benar tidak terpikir bahwa pilot Malaysia tersebut akan meng-eject dirinya sendiri dan membiarkan pesawatnya jatuh ke laut. Mustopo menggelengkan kepalanya. Ia juga tidak dapat mempercayai apa yang baru saja terjadi. Yang lebih parahnya lagi pesawat tersebut tepat jatuh dan meledak di laut teritorial Malaysia dan bukan Indonesia. Masalah ini akan menjadi besar tanpa diragukan lagi pikir Mustopo.

Sementara itu, jauh dari sana di atas kapal patroli Malaysia KD Rencong, dua awak kapal sedang sibuk merekam kejadian yang baru saja terjadi dengan sebuah handicam.. “Rencana berhasil,” kata salah satu dari mereka sambil tersenyum.

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(2)

Tu-142 Combro 05

Sudah hampir satu setengah jam mereka megudara di angkasa. Altimeter pesawat menunjukan altimeter 39.000 kaki di atas permukaan laut, cukup tinggi untuk ukuran pesawat komersial biasa. Di samping kanan jendela cockpit Mustapo dapat melihat sebuah pesawat Boeing 737-400 Garuda Airlines sedang terbang juga di ketinggian yang lebih rendah di bawah. Mustapo dengan teropongnya dapat melihat penumpang pesawat sipil tersebut sedang tercenggang melihat kemampuan Tu-142 yang meskipun masih di dorong dengan baling-baling dapat mengejar pesawat mereka yang sudah dilengkapi dengan mesin jet turbofan bahkan terbang di ketinggian yang lebih tinggi, memang Tu-142 sampai saat ini masih merupakan pesawat turboprop tercepat sedunia.

Speaker radio tiba-tiba berbunyi, memecahkan keheningan di cockpit pesawat Tu-142, “Combro 05, report Garuda 737 in sight.”

“Combro 05 here, roger, we have Garuda 737 in sight,” balas Mustapo kepada menara darat. Ia kemudian menyalakan radar doppler untuk mengkonfirmasi keberadaan 737 tersebut. Hasilnya adalah positif. Terlihat beberapa pesawat komersil lain yang terbang lebih rendah, rutinnya sekitar 10.000 sampai 30.000 kaki. Tidak seperti pesawat modern lain-nya Tupolev-142 tidak dilengkapi dengan TCAS atau sistem penghimbau tabrakan otomatis melainkan Tu-142 hanya dilengkapi radar anti-kapal dan anti-kapal selam yang sudah lumayan kuno namun masih ampu jika benar-benar dibutuhkan.

“Kita akan mendekati objektif dalam beberapa menit lagi kapten,” seru sang navigator, Bone, sambil mengubah-ubah instrumen GPS-nya. Untungnya bagi para pilot Tu-142, TNI AU masih mau berbaik hati dengan memasang alat navigasi GPS ke sistem navigasi pesawat yang masih berbasis tahun 1950an, GPS yang dipasang pun tidak bisa dibilang canggih juga namun cukup untuk melakukan patroli sehari-hari. Sebelum adanya GPS di Tu-142, pilot-pilot TNI AU harus menghitung posisi pesawat hanya dengan kompas atau bantuan artifisial lainnya seperti posisi bintang dan matahari. Itu juga kalau cuaca sedang dalam kondisi yang baik.

“Kita sudah berada di dalam posisi patroli kapten,” tambah Bone beberapa menit kemudian. Sekarang tugas mereka hanyalah berputar-putar di atas lokasi, memastikan bahwa tidak ada kapal maupun pesawat asing yang memasuki teritorial Indonesia seenaknya. Sebelum adanya Skuadron Patroli Jarak Jauh TNI Angkatan Laut harus bekerja keras siang dan malam untuk memastikan bahwa tidak ada satu pun kapal asing yang berani melanggar garis perbatasan laut Indonesia yang besarnya berjuta-juta mil persegi. Dari Sabang sampai Merauke terbentang pulau-pulau yang harus...dijaga.

“Lakukan pola patroli standar Yon, hari ini kita akan turun ke 10.000 kaki,” Mustapo menurunkan saklar auto-pilot lalu menekan tuas kendali turun, jarum altimeter mulai berputar menunjukan ketinggian pesawat yang semakin menurun. Angka-angka huruf Cirilik Rusia memang cukup aneh, seperti huruf Arab saja pikir Mustapo sambil tersenyum sendiri. Wing lain di dalam skuadron sudah cukup beruntung tidak seperti dia karena sebentar lagi mereka akan diberikan alutsista baru yaitu pesawat patroli P-3 Orion dan P-8 Poseidon yang merupakan produksi barat dan tentunya menggunakan huruf-huruf Latin bukan Cirilik.

“Roger captain, all radar set to on, executing standard patrol pattern, “ sekarang kendali pesawat berada di tangan Letnan Yon. Pesawat masih terus menurun. Semua awak pesawat dapat dengan jelas melihat laut blok Ambalat yang cukup luas. Akhir-akhir ini beberapa pesawat patroli Tu-142 lain-nya sering melaporkan pelanggaran-pelanggaran dari kapal-kapal patroli Malaysia. Kebanyakan memang hanya lewat beberapa mil ke dalam wilayah laut Indonesia namun sudah cukup bagi pesawat patroli lain untuk membuka isi perutnya, memperlihatkan beberapa buah misil KH-41 Moskit yang sudah siap diluncurkan. Namun seperti biasa, namanya juga orang Malaysia, mereka langsung ‘ngambek’ istilahnya dengan melapor sampai ke PBB dengan alasan bahwa mereka sering di ancam oleh pesawat-pesawat Indonesia. Kalau tidak berani bersengketa ya tidak usah...

Dua jam telah berlalu sejak Tu-142 Combro 05 memulai patroli satu harinya. Tu-142 dapat terbang hampir 6500 kilometer lebih non-stop tanpa harus mengisi bahan bakar. Dalam hal ini berarti waktu berpatroli dapat meningkat hingga hampir satu hari lebih, berputar-putar diatas lokasi tanpa harus beranjak pergi ke tempat lain. Tidak ada hal yang signifikan terjadi dalam jangka waktu tersebut ketika...

“Beep...beep,” radar anti-kapal berbunyi. Letnan Yani yang tadinya hampir tertidur langsung terloncat duduk. Ia langsung mengecek radar yang sekarang sedang berbunyi. Di sampingnya sudah ia siapkan peta teritorial laut Indonesia, “Contact, unknown ship, bearing 35 degrees North!”

“Dimengerti letnan, “ balas Yon, ia menatap Mustapo kapten-nya sendiri. Tatapan-nya seperti berbunyi “Kapten, kita harus melakukan sesuatu.”

“Yon, putar pesawat ke arah 180, kita lihat sendiri kontak secara visual,” tanpa menunggu lama Letnan Yon langsung membelokan pesawat secara tajam ke arah 35 derajat Utara. Mengarah ke perbatasan Malaysia-Indonesia. Sepertinya akan ada hal baru yang akan terjadi.

“Identified, Malaysian Patrol Boat, mereka orang Malaysia pak!” seru Letnan Yon setelah melihat titik di horizon yang lama-lama membesar berubah bentuk menjadi sebuah kapal patroli Malaysia. Mereka telah memasuki dan melanggar teritorial Indonesia secara jelas. Mustapo berpikir bahwa ia harus memberikan sedikit pelajaran kepada orang-orang Malaysia yang arogan itu.

“Saya ambil kendali, Yon kamu terus awasi gerak-gerik kapal tersebut!” Kini kemudi berganti ke Kapten Mustapo, ia menurunkan pesawat secara tajam ke laut. Langsung mendekati kapal Malaysia tersebut. Jarum altimeter berputar dengan kencang menunjukan ketinggian sekitar 3000 kaki dan terus menurun secara drastis. Lampu merah dari tanda bahaya pesawat menyala, menunjukan bahwa kecepatan pesawat sudah melebihi batas yang dianjurkan. Tu-142 Combro 05 terbang lansung di atas kapal patroli Malaysia secara dekat.

“KD Rencong,” terbaca di dek kapal patroli Malaysia tersebut. Terlihat juga awak kapal Malaysia sudah siap mengantisipasi Tu-142 yang mendekat. Jari hanya beberapa senti meter di depan pelatuk tetapi karena kuatnya mesin pesawat membuat kapal patroli Malaysia tersebut sampai oleng ke kiri dan ke kanan. Awak kapal terlihat berusaha menjaga keseimbangan mereka agar tidak jatuh. Humiliasi yang pertama pikir Mustapo sambil tersenyum.

Hanya beberapa kaki sebelum permukaan laut Mustapo menaikan pesawat ke atas dan memutarkan pesawat balik ke arah kapal Malaysia tersebut,“Bone, kontak kapal patroli Indonesia yang terdekat, kontak juga markas besar!”

“Siap pak!” Bone langsung bekerja dengan radio yang berada di depan-nya.

Sementara itu kembali ke cockpit Letnan Yon memutar knob radio ke frequensi standar kapal Malaysia, “Malaysian patrol boat, you’re trespassing Indonesian territority, you have to pull back to your own territority as soon as possible!”

“T..tapi pesawat anda lah yang melewati batas teritorial diraja Malaysia pak!” balas kapten Malaysia tersebut secara agak ragu-ragu dengan aksen Melayu yang tampak dilebih-lebihkan. Tampaknya mereka tahu juga bahwa Tu-142 Mustapo saat itu membawa beberapa misil KH-41 anti-kapal yang akan dengan cepat menghancurkan kapal patroli Malaysia tersebut jika memang di butuhkan. Kenekatan bukan salah satu sifat dari orang-orang Malaysia kelihatanya, tetap mereka masih memperlihatkan sikap ke-aroganan mereka yang sungguh menyebalkan.

“Mundur atau...!” Darah merah mengalir ke otak Mustapo, emosinya bertambah naik. Mustapo menukikan pesawatnya tepat di atas kapal patroli Malaysia lagi. Hanya beberapa inchi sebelum sayap Tu-142 Mustapo menyentuh tiang radio kapal patroli Malaysia tersebut. Mustapo dan Letnan Yon dapat dengan jelas melihat wajah kapten kapal Malaysia tersebut yang sekarang sedang berdiri di atas anjungan kapal, tercenggang dengan kenekatan dan keberanian Bangsa Indonesia.

“Mundur sekarang juga!” Mustapo memerintah. Kapal patroli Malaysia tersebut akhirnya tunduk juga. Ia dengan cepat berputar balik 180 derajat ke arah laut Malaysia dengan Tu-142 Mustapo mengikuti dari belakang. Deruan mesin-mesin Tu-142 serasa mengusir kapal Malaysia tersebut tanpa ampun. Setelah beberapa mil sebelum perbatasan Mustapo akhirnya memutar pesawatnya meninggalkan Kapal Patroli Malaysia sendiri sebelum tiba-tiba hal yang tidak diduga terjadi....

Alarm pesawat tiba-tiba berbunyi kencang, satu lampu merah dengan label bertuliskan “Raketnaja Preduprezhdenie” menyala...

Perang Indonesia-Malaysia di dunia lain...(1)

Dibuat untuk negara Indonesia yang tercinta, menghayal sedikit tidak apa apa khan?

2 Juni, 2009 Lanud Hasanuddin - Subuh

Lautan luas bukan masalah untuk TNI AU, hari ini pun SPJR atau Skuadron Patroli Jarak Jauh TNI AU akan memulai patrolinya lagi. Patroli rutin ke seluruh batas-batas perbatasan Indonesia sejak skuadron tersebut didirikan beberapa tahun yang lalu untuk tetap menjaga kedaulatan Indonesia. Tak tanggung-tanggung, skuadron tersebut telah di lengkapi dengan hampir selusin pesawat Tupolev Tu-142 yang telah didapatkan dari beberapa negara eks-Uni Soviet.

Tu-142 Combro 05 adalah salah satunya. Kali ini ia dikomandani oleh Kapten Mustopo dan ditugaskan untuk berpatroli di daerah blok Ambalat. Salah satu daerah perbatasan yang rawan dilanggar oleh kapal-kapal Malaysia. Perih memang rasanya tidak dapat berbuat apa-apa jika melihat pelanggaran seperti itu. Mustopo bersyukur kepada Allah SWT bahwa dia hari ini tidak akan merasakan ketidakberdayaan seperti itu. Mungkin di dunia lain, di mana Indonesia merupakan salah satu negara besar tetapi lemah tidak berdaya.

Di landasan pacu sudah bersiap-siap dua pesawat Tu-142 yang lain, siap untuk lepas landas begitu mendapat izin dari ATC. Kembali ke apron, dimana Mustopo masih sibuk mempersiapkan pesawatnya untuk keberangkatan. Ia sedang mengutak-atik sistem navigasi pesawat Tu-142 yang agak rumit tersebut agar cocok sesuai dengan rute yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh komandan skuadron. Mesin pesawat sendiri masih tetap berada dalam posisi mati saat dua orang pilot menaiki pesawat tersebut.

"Assalamu'alaikum Kapten!" kata salah seorang pendatang baru tersebut. Mustopo membalas salamnya sambil tersenyum menghadap keluar dari pintu cockpit. Ia membalas senyuman sang kapten lalu kemudian duduk ke kursi di belakang cockpit khusus untuk operator persenjataan. Ia adalah Letnan Yani, salah satu kru Mustapa yang ahli dalam persenjataan.

Kemudian salah satu dari ketiga pilot yang baru datang menepuk bahu Mustopo, "Ada yang bisa saya bantu kapten," ia duduk di sebelah Mustopo.

Mustapa tersenyum,"Ah kamu, saya kira siapa," katanya selagi memencet tiga buah saklar sekaligus, "Letnan Yon, kamu tolong siapkan mesin ya, bentar lagi kita akan ignition."

"Siap kapten!"

"Si Bone sudah datang belum Yon ngomong-ngomong?"

"Waduh, saya kurang tahu kapten...tapi yang pastinya dia sudah selesai sholat Subuh." Letnan Yon berkata sambil mengusap-usap dahinya. Tampaknya Bone, sang navigator masih sibuk menyantap makanan paginya di barak pilot pikir Mustapo sedangkan mereka sudah hampir lewat dari jadwal yang sudah ditentukan.

"Brak," suara orang jatuh tersandung. Terdengar Letnan Yani tertawa terbahak-bahak di belakang cockpit. Ternyata yang baru terjatuh adalah Bone. Ia terlalu tergesa memasuki pesawat sampai ia tersandung dan terjatuh.

"Kemana saja sih kamu, nanti setelah misi kamu harus lari mengitari landasan pacu dua kali!" seru Kapten Mustopo dengan ketus kepada Bone yang sekarang setelah bangkit tergesa-gesa memasang sabuk pengaman dan helm.

"Y..ya mengerti kapten!" ia menjawab dengan terbata-bata.

"Sudah! Sudah! Cukup! Kita mulai prosedur standar!" Kapten Mustapo menukarn buku manual navigasi ke dalam kantong di khusus di sebelah bangku cockpitnya dengan buku checklist, "Engine start-checklist!"

"Battery check!" peraturan mengharuskan para pilot untuk memulai prosedur penerbangan dan komunikasi dalam Bahasa Inggris standar. Salah satu program untuk meningkatkan kemampuan pilot-pilot TNI AU dalam menguasai Bahasa Inggris dan agar mereka semua bisa berkualifikasi dengan standar internasional.

Yon mengecek posisi saklar baterai sekali lagi, saklar tersebut berada dalam posisi "vooruzhennyy" yang berarti menyala dalam bahasa Indonesia. Malang, Bahasa Rusia juga merupakan salah satu kewajiban untuk para pilot TNI AU. "Aye, battery check, captain!"

"Fuel pumps?"

"Fuel pumps 1,2,3,4 set to on!" seru Yon sambil memutar keempat knob pompa bahan bakar secara berurutan yang nantinya akan memberikan suplai bahan bakar ke mesin. Terdengar samar-samar suara pompa berjalan.

"Throttle?"

Yon menarik ke-empat tuas pegas mesin ke posisi IDLE, "Throttle set to IDLE!"

"Ignition Engine No.1!"

"Ignition!" dengan sigap Yon memutar kunci starter mesin pertama. Di luar delapan bilah mesin Kuznetsov NK-12, empat bilah per baling-baling, mulai bergerak dan berputar. Mesin Kuznetsov NK-12 mempunyai dua set baling-baling yang saling berputar secara berlawanan, memberikan mesin tersebut kemampuan lebih dibandingkan mesin konvensional biasa.

Satu persatu secara berurutan keempat mesin Tu-142 tersebut sudah menyala dan berderu dengan kencang. Mustopo melihat keluar cockpit untuk memastikan bahwa semua mesin sudah berjalan secara normal, "All engine started!" Ia memperlihatkan ibu jarinya kepada para teknisi di luar pesawat untuk memberi tanda bahwa semuanya berjalan dengan baik.

Mustopo memasang dan mengencangkan helm pilotnya. Ia kemudian menekan tombol transmisi, "Tower, this is Combro 05, we're ready for taxi to runway."

"Roger that Combro 05, clear for taxi, you're to follow Su-30 to runway 31 hold short until you're given clearance."

"Acknowledge tower, clear for taxi, follow Su-30 to runway 31, hold short until clearance are given," kali ini untungnya pesawat Mustapo diparkir dengan posisi hidung menghadap ke taxiway yang memberikan keuntungan lebih yaitu pesawat tidak perlu melakukan push-back.

"Ground Power Unit off, throttle to 15%! Mustapo mulai menekan tuas pegas maju. Keempat mesin Kuznetsov NK-12 mulai mendorong roda-roda Tupolev-142 maju. Perlahan tapi pasti pesawat mulai berjalan dari tempat parkir ke taxiway, mengikuti sebuah Mig-29 sampai ke landasan 31.

Terdengar transmisi dari tower ke Su-30 yang sekarang sudah siap berada di belakang landasan pacu 31, "Elang 01, you are clear for take-off," Su-30 tersebut mulai menancap gas lalu akhirnya lepas landas. Tampak jelas siluet matahari yang baru akan menyingsing, benar-benar pemandangan yang elok.

Mustapo menekan pedal sirip dan memutar pesawatnya sembilan puluh derajat memasuki landasan pacu. "Flaps at 15 percent, Landing Lights ON, GPS Set, Crew Status?"

"Navigator ready!"

"Weapons ready!"

"Flight Officer ready!"

"Combro 05, you're clear for take-off!"

"Roger tower, clear for take-off!"

"Bismillah..," Mustapo mendorong tuas pegas secara perlahan sampai mentok. Keempat mesin Kuznetsov NK-12 menderu dengan keras dan kencang, mendorong pesawat Tu-142 maju dengan cepat.

"80 knots!"

Jalan pesawat semakin kencang, Mustapa melihat bendera merah putih berkibar secara gagah di atas tower ATC. Tanpa sadar ia menaikan tangannya dari tuas pegas lalu memberikan hormat ke pada sang merah putih.

"V1"

Mustapo menarik tuas kemudi secara perlahan-lahan ke atas. Menaikan moncong pesawat ke atas, "Rotate!"

"V2!!"

Roda pesawat terakhir akhirnya terangkat dari aspal landasan. Pesawat mulai terbang dan menjauhi landasan pacu. Meninggalkan tanah Sulawesi jauh di bawah. Deruan mesin membuat belasan anak-anak sekeliling lapangan terbang berlari dan melihat. Lambang pentagonal yang bewarna merah dan putih bercahaya terang memantulkan sinar matahari pagi.

"Gear up!"

Letnon Yon berusaha mengangkat badannya untuk meraih tuas roda. Gravitasi membuat berat badan-nya terasa lebih berat tapi akhirnya ia mampu menarik tuas roda keatas. Menaikan roda masuk ke dalam badan pesawat secara keras. Lampu bewarna hijau menyala, 'Uskoreniye' "Gear locked!!"

"Combro 05, you're to proceed to your assigned route, clear for 45.000 feet."

"Roger tower, proceed to our assigned route, clear for 45.00 feet," Mustapo memutar knob auto pilot yang meskipun sederhana bisa sedikit melonggarkan tugasnya. Sistem auto-pilot Tu-124 masih sama dengan sistem auto-pilot yang di rancang tahun 1950an.

Pesawat tiba-tiba bergoyang, turbulensi dari Su-30 yang baru saja lepas landas telah membuat pesawat mereka berguncang sedikit. Bukan masalah besar bagi sang beruang Tu-142 yang sekarang sedang menuju lautan luas, menjauhi pulau Sulawesi di belakang.
(bersambung)

Monday, June 15, 2009

How to Limiter Bandwidth Traffic Download Rapidshare

Artikel singkat berikut akan menerangkan cara untuk membatasi traffic download dari rapidshare.

Hal yang harus diperhatikan adalah, how to ini mengutilisasi penggunaan script untuk mendeteksi DNS Cache... Jadi penggunaan DNS Mikrotik untuk How To ini merupakan kewajiban...

1. Script

Pada dasarnya script dibawah saat dijalankan akan memeriksa DNS Cache, dan mencari entry yang terdapat kata 'rapidshare'...kamudian membuat log entry...lalu menempatkan IP yang didapat ke Address List di list 'rapidshare'

Code:

:foreach i in=[/ip dns cache find] do={
:if ([:find [/ip dns cache get $i name] "rapidshare"] > 0) do={
:log info ("rapidshare: " . [/ip dns cache get $i name] . " (ip address " . [/ip dns cache get $i address] . ")")
/ip firewall address-list add address=[/ip dns cache get $i address] list=rapidshare disabled=no
}
}

2. Jalankan Script

Script diatas harus dijalankan secara periodik dengan scheduler untuk mendapatkan hasil yang terbaik...bisa diset untuk jalan 1 menit sekali atau 5 menit sekali atau 1 jam sekali...semua terserah anda dan kondisi yang ada...

buat entry baru pada scheduler :



Start Date dan Time di set sesuai dengan waktu yang anda inginkan

3. Mangle

Pada saat ini seharusnya telah terdapat address list baru



Lalu buat rule mangle baru untuk mark-conn





kemudian, buat rule mangle baru untuk mark-packet





4. Queue

Akhirnya, kita dapat melakukan pembatasan traffik...contoh penerapan menggunakan simple queue dapat dilihat dibawah...



Untuk percobaan silahkan coba lakukan proses download dari rapidshare, lalu enable dan disable rule queue-nya dan rasakan perbedaannya...

Selamat mencoba...

Bandwidth Limiter Download with File Exention di MikroTik

Untuk mengatasi pengguna yang suka mendownload file yg berukuran besar seperti instalasi aplikasi, lagu, film, game dg download manager di saat jam-jam sibuk atau peaktime yang bisa menyebabkan gangguan jaringan internet lelet atau down, berikut ini adalah langkah pembatasannya di Mikrotik sbb.

/ip firewall filter add chain=forward \
src-address=192.168.1.0/24 protocol=tcp content=.exe \
action=add-dst-to-address-list address-list=cekek \
address-list-timeout=01:00:00
/ip firewall filter add chain=forward \
src-address=192.168.1.0/24 protocol=tcp content=.iso \
action=add-dst-to-address-list address-list=cekek \
address-list-timeout=01:00:00
/ip firewall filter add chain=forward \
src-address=192.168.1.0/24 protocol=tcp content=.mpg \
action=add-dst-to-address-list address-list=cekek \
address-list-timeout=01:00:00
/ip firewall filter add chain=forward \
src-address=192.168.1.0/24 protocol=tcp content=.mp3 \
action=add-dst-to-address-list address-list=cekek \
address-list-timeout=01:00:00
/ip firewall filter add chain=forward \
src-address=192.168.1.0/24 protocol=tcp content=.3gp \
action=add-dst-to-address-list address-list=cekek \
address-list-timeout=01:00:00
/ip firewall filter add chain=forward \
src-address=192.168.1.0/24 protocol=tcp content=.rar \
action=add-dst-to-address-list address-list=cekek \
address-list-timeout=01:00:00
/ip firewall filter add chain=forward \
src-address=192.168.1.0/24 protocol=tcp content=.zip \
action=add-dst-to-address-list address-list=cekek \
address-list-timeout=01:00:00



time diatas menunjukkan 1 menit. bisa diatus sesuka anda bisa juga ditambahkan rule sesuai kebutuhan.

kemudian kita lakukan mangle untuk marking paket yang berasal dari address list diatas seperti ini:

/ip firewall mangle add chain=forward \
protocol=tcp src-address-list=cekek \
action=mark-packet new-packet-mark=cekek-bw



Lalu untuk yg terakhir kita masukkan simple queue dari paket mark diatas

/queue simple add name=download-files \
max-limit=64000/64000 packet-marks=cekek-bw



Selamat mencoba :)

Tuesday, June 02, 2009

Manfaat Futsal

Posted by Info Futsal on July 31st, 2008

Futsal memiliki peranan penting bagi perkembangan bakat pemain sepak bola. Contoh nyata seperti pesepak bola Brazil. Sebagian besar pemain top Brazil bermain futsal di masa kecilnya. Seperti Ronaldinho, Pele, Zico, Socrates, dan Bebeto. Berkat bermain futsal mereka bisa memiliki kelincahan, kecepatan dan intuisi yang sangat bagus dalam mengolah si kulit bundar di lapangan.

Jika dibandingkan dengan sepak bola, peraturan di Futsal jauh lebih ketat. Pemain dilarang melakukan sliding tackle (menjegal dari belakang) dan body charge (benturan badan), jadi pemain futsal bisa mengeluarkan kemampuan tekniknya tanpa takut dicederai lawan.

Ada beberapa faktor yang membantu pemain dalam mengembangkan kemampuan teknik bermain bola yang baik:

- Kecerdasan.

Disini perbedaan sepakbola dan futsal begitu terlihat. Di futsal seorang pemain dituntut bisa melakukan sebuah improvisasi dalam menghadapi masalah dalam bermain. Jadi secara spontan pemain harus bisa mengeluarkan tekniknya. Futsal ini sangat ideal sebagai sarana mengembangkan intelegensi dalam bermain sepak bola.

- Keahlian Teknik.

Teknik lebih berperan dari tenaga dalam bermain futsal. Jika teknik yang dimiliki pemain tidak memenuhi syarat, pemain tidak bisa melepaskan diri dari pressing lawan. Kondisi ini membuat pemain mau tidak mau harus meningkatkan skill nya. Baik dalam hal kontrol bola, pergerakan dengan dan tanpa bola, footwork, passing, dribbling dan shooting.

- Total Football.

Di futsal, jumlah pemain yang sedikit membuat seluruh pemain bermain dengan total football. Jadi saat tim menyerang, tidak hanya pemain depan yang bekerja. Begitu pula saat bertahan, pemain depan juga turun membantu pertahanan. Maka dari itu, pemain futsal dituntut memiliki stamina yang prima, karena harus selalu bergerak.

- Kecepatan.

Ruang gerak yang sempit membuat aliran bola bergerak cepat diantara kaki pemain. Jadi pemain futsal dituntut untuk bermain cepat, baik dalam hal passing, gerak tipu dan shooting. Tentu hal ini menjadikan nilai lebih jika digunakan dalam bermain sepak bola lapangan besar.

- Hiburan.

Di Futsal terjadinya gol jauh lebih sering daripada di sepak bola. Dengan skill pemain yang tinggi, pergerakan bola yang cepat dan seringnya terjadi gol, maka futsal menjadi tontonan yang menyenangkan.

- Kesehatan

Sering berolahraga mengeluarkan keringat, melancarkan alirah darah dari jantung dan otak, serta melenturkan otot dan persendian tulang , efek sampingnya dari keringat yang dikeluarkan secara berlebihan adalah BB "Bau Badan", obatnya wajib mandi pake sabun antiseptik biar segar dan wangi :)